Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Produktivitas Ulama dalam Menulis Karya

Gambar
الخط يبقى زمناً بعد كاتبه * وكاتب الخط تحت الأرض مدفون "Sebuah tulisan akan tetap ada meski penulisnya telah terkubur di dalam tanah" Bergerak dalam bidang tulis menulis adalah unsur yang amat urgen di setiap peradaban manusia. Dengan menulis, para ulama turut berdedikasi dalam dunia keilmuan untuk generasi mereka dan berlanjut hingga generasi setelahnya. Dengan karya-karya itu pula, mereka akan selalu "hidup" sepanjang masa meski raga sudah tak berpijak di atas tanah, dan terus menjadi guru yang menebarkan ilmu ke pelosok dunia. Senada dengan itu, Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia berkata; "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Jika sekilas saja kita menengok sejarah, maka jelas sudah bahwa kemajuan suatu peradaban ada pada kemajuannya dalam bidang literasi. Andalusia di zaman keemasan Islam

Bersama Qadhi Yasir, Ulama Muda Pemegang Ratusan Sanad Guru

Gambar
Adalah Al-Qadhi Yasir bin Salim As-Syahiry, seorang qadhi di salah satu kota di Yaman Utara. Beliau merupakan ulama muda dengan dua gelar doktor; doktor hadits dan doktor aqidah, yang hafal ratusan sanad di luar kepala, baik sanad hadits sampai Rasulullah Saw maupun sanad kitab sampai kepada penulisnya. Baik sanad kualitas tinggi (singkat) maupun rendah (panjang). Juga berbagai macam bentuk gaya sanad, semisal sanad sampai Rasulullah dengan semua jalur Ahlul Bait, semua jalur Fuqaha, jalur Muammar, jalur semua orang Yaman, jalur Sufi-Asy'ari, dsbg. Semenjak Yaman Utara dilanda perang saudara, beliau memutuskan untuk hijrah ke Tarim. Awal kedatangannya di Tarim, beliau mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Habib Abu Bakar Al-Adeni langsung meminta beliau untuk mengajar di salah satu pesantren yang diasuhnya. Guru-guru Darul Musthafa sowan menyambung sanad silsilah guru pada beliau. Juga Alerth Nabawi TV menawarkan pada beliau untuk mengisi acara kajian Shahih Bukhari den

Peran Indonesia dalam Menghadapi Problematika Islam Kontemporer

Gambar
telegram.me/AhgaffPos Catatan Ringkas dari Seminar Abuya Prof. Habib Abdullah Baharun di Auditorium Universitas Al-Ahgaff Tarim 22 Desember 2017 Oleh: Azro Rizmy Abuya Baharun, begitu ia disapa akrab oleh kami para santrinya. Beliau adalah seorang pemikir Islam yang cerdas dengan analogi cara berfikirnya yang membuat para pendengarnya berdecak kagum. Di samping keahliannya dalam berbahasa Inggris, beliau pun sedikit-banyak mampu berbahasa Indonesia, karena beliau sendiri berkali-kali dan cukup lama berdiam di Nusantara. Oleh karenanya, jangan heran jika Rektor Al-Ahgaff ini faham betul dan mengerti selak beluk soal ke-Indonesia-an. Mulai dari budaya masyarakat, sejarah, dunia politik, perundang-undangan hingga ekonomi negeri. Tak ayal, Buya Yahya yang merupakan murid dekat beliau pernah berkata; bahwa Abuya Abdullah Baharun memang bukan orang Indonesia, tapi jiwanya lebih Indonesia dibanding kita yang asli Indonesia. Berikut beberapa poin yang bisa saya catat dari ulasan Abuya sa