Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Enam Tips Kuat Hafalan dari Abuya Baharun

Selalu ada yang menarik tiap mengikuti kajian Sohih Bukhori bersama Abuya Baharun, sapaan akrab Prof. Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun, rektor Universitas Al-Ahgaff Yaman. Kajian Sohih Bukhori itu jadwal rutinannya tiap hari Selasa. Mulai bakda magrib hingga pukul 21.30-an. Bertempat di masjid Baharun, distrik Ambaikho kota Mukalla, tepat di samping rumah Abuya. Selasa tadi malam (29/9), di sesi pertanyaan bebas, salah satu dari kami bertanya pada Abuya. "Apa amalan agar kuat hafalan dan cepat paham dalam belajar?" Abuya menjawab: Pertama: tidur. Tidur, jawaban Abuya dengan cepat. Sontak kami tertawa. Kami mengira Abuya bercanda. Karena pribadi beliau memang asyik dan suka bercanda di tengah-tengah ngajinya. "Jangan kaget, jangan heran", kata beliau. "Tidur malam itu sangat penting sekali, untuk menjernihkan pikiran, juga membersihkan bekas-bekas tak berguna yang ada di otak kita". Abuya pun melanjutkan penjelasannya. Termasuk dari perspektif ilm

Hampa

100 tahun yang lalu bagaimana wujudku, aku tak tahu. Yang jelas belum ada. Bahkan ayah-ibuku pun belum ada. Belum ada. Dan belum ada. Kalimat "belum ada" itu semakin banyak kuulang-ulangi semakin pula membuatku linglung. Sebetulnya apa hakikat hidup ini? Mengapa ada hidup dan ada mati, yang jauh sebelum keduanya hanyalah ketiadaan, kosong dan sepi? Aku memandang cermin. Melihat diriku di seberang sana. Lantas bertanya-tanya, siapa gerangan kau yang di sana? Apakah itu kau wahai diriku? Apakah itu wajahmu, postur tubuhmu, dan mengapa kau bisa kugerakkan sesuai kemauanku? Wahai diriku, mengapa tubuh ini selalu butuh udara keluar-masuk? Mengapa dada sebelah kiri-tengah selalu ada detak berdegup? Lagi-lagi aku menggerak-gerakkan tubuhku. Kepalaku, tanganku, jari-jariku, pinggulku, dan juga kakiku. Mengapa aku bisa terperangkap dalam kerangka ini? Mengapa aku tak bisa lepas dari ragamu? Kau ini apa, dan kau ini siapa? Sampai kapan kau selalu menyelimutiku? Apa kau tunggu sampai

Alasan Mengapa Tarim Dijuluki Al-Ghonna

Tarim, kota mungil di daratan provinsi Hadhramaut, Yaman Selatan. Tidak ada habis-habisnya membicarakan keistimewaannya. Dari sejarah ribuan tahun lalu, ratusan, puluhan tahun yang lalu, hingga sekarang. Puncaknya pada tahun 2010, ISIESCO, sebuah lembaga kebudayaan internasional memberikan penghargaan pada Tarim sebagai kota pusat peradaban Islam. Dahulu, pada zaman pasca wafatnya Rasulullah Saw, terjadi gencar-gencarnya sebagian umat Islam menolak untuk mengeluarkan zakat. Sayyidina Abubakar Assiddiq sebagai khalifah saat itu pun mengutus pasukannya ke berbagai wilayah, untuk memastikan kabar yang tengah beredar. Di berbagai wilayah tersebut secara nyata memang banyak yang enggan mengeluarkan zakat. Termasuk di antaranya wilayah Yaman. Masyakarat Tarim pun pada mulanya disangka bagian dari kelompok yang enggan itu. Namun saat utusan Khalifah mengecek langsung keadaan, yang terjadi adalah sebaliknya. Masyarakat Tarim masih taat dan konsisten pada syariat. Mendengar kabar baik itu, Sa

Pengaruh Alquran dan Qiraat Terhadap Kaidah Ilmu Nahwu

Adalah Alquran, satu-satunya kitab suci yang memiliki kualitas makna dan sastra yang tak tertandingi, dengan keautentikannya yang asli dan abadi. Alquran diwahyukan memakai bahasa Arab yang indah, fasih, benar dan baku. Oleh karenanya, ia menjadi sumber pertama dan utama dalam pembentukkan kaidah-kaidah linguistik bahasa Arab, atau yang dikenal dengan ilmu Nahwu. Alquran dituliskan dalam mushaf dengan penulisan huruf yang seragam, namun bisa dibaca dengan versi yang beragam. Oleh karenanya, pada zaman Sayyidina Utsman ra., Alquran ditulis dengan model penulisan khusus yang disebut rasm utsmani . Dengan rasm ini, Alquran dapat dibaca dengan versi beragam, tanpa ada perbedaan huruf dan kalimat secara global. Versi bacaan Alquran tersebut saat ini dikenal dengan istilah Qiraat. Yakni cara baca Alquran dengan versi tertentu yang diajarkan langsung oleh Nabi, lalu diriwayatkan secara mutawatir oleh para Sahabat, Tabiin dan ulama setelahnya, kemudian dikenal sebagai bacaan salah seorang Ima

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Salah satu keistimewaan Bahasa Arab selain jumlah kosakatanya yang mencapai jutaan dan umurnya lebih dari seribu tahun, adalah terjaganya bahasa Arab dalam segi cara pelafalan huruf-hurufnya. Kaidah yang mengatur itu --disebut juga: makharij dan sifat huruf- telah dibukukan sejak awal abad hijriyah. Sehingga pelafalan bahasa Arab yang baku saat ini sama persis dengan pelafalannya pada zaman Rasulullah, bahkan pada era sebelumnya. Oleh karenanya, orang yang membaca Alquran, hadits, kitab atau percakapan bahasa Arab, jika pelafalannya benar dan sesuai kaidah, maka tidak ada bedanya antara mana suara orang Arab dan mana non-Arab. Orang Asia Tenggara, orang Afrika, ataupun orang Barat, jika cara membaca Alquran mereka benar sesuai aturan tajwid yang ada, maka suara mereka akan terdengar persis seperti orang Arab fasih. Tidak kentara status mereka yang non Arab. Berbeda dengan bahasa-bahasa lain selain bahasa Arab. Nyaris tidak ada aturan pelafalan huruf seketat bahasa Arab. Ambil contoh