Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Salat Tasbih Tanpa Baca Tasbih Ibarat Mie Ayam Tanpa Ayam

Satu di antara salat sunnah yang sangat dianjurkan Rasulullah adalah salat tasbih. Dalam haditsnya, Nabi telah menjelaskan keutamaan salat ini. Di antaranya adalah pelakunya akan Allah ampuni dosa-dosanya, semenjak awal hingga akhir, baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja, baik dosa tertutupi maupun terlihat, baik dosa kecil maupun besar. Rasulullah juga menganjurkan salat tasbih ini agar dilaksanakan setiap hari. Jika tidak bisa, maka setiap hari Jumat. Kalau tidak bisa, maka sebulan sekali. Masih tidak bisa, setahun sekali. Jika masih saja tidak bisa, maka setidak-tidaknya seumur hidup pernah melakukannya meski hanya sekali. Begitu besar fadhilahnya. Hingga seakan-akan jangan sampai ada seorang muslim yang tak pernah melakukan salat tasbih ini sepanjang hidupnya. Apa itu salat tasbih, dan bagaimana caranya? Tata cara salat tasbih secara garis besar sama seperti cara pelaksanaan salat fardhu 5 waktu atau salat sunah pada umumnya. Jumlahnya 4 rakaat. Jika dilakukan pada sia

Agustusan di Yaman, Bukti Nasionalisme Santri Garuda

300 tahun lebih negeri kita dijajah. Oleh negara-negara Barat. Dan oleh Jepang beberapa tahun di masa akhir penjajahan. Mereka kaum penjajah mengaku berpendidikan tinggi dan berperadaban maju. Tapi naifnya, yang ia gaungkan sebagai ilmu dan peradaban, justru melegalkan penjajahan, merampas kekayaan alam yang bukan miliknya, menindas tuan rumah dan melecehkan perikemanusiaan. Manusia oleh mereka dibagi berkasta-kasta. Dalam pemberlakuan hukum, juga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Bangsa Eropa (kaum penjajah) sebagai kasta tertinggi. Disusul bangsa Indo (blesteran Eropa-pribumi). Lalu kasta terbawah: kaum pribumi. Sepanjang ratusan tahun itulah, para pendahulu kita --sebagai kaum pribumi- berjuang mati-matian. Jihad bertumpah darah memerangi segala bentuk penjajahan. Melawan segala macam penindasan. Demi tanah air tercinta. Tak peduli anak-anak menjadi yatim karena kematiannya. Tak peduli pula istri menjadi janda. Yang terpenting adalah mereka, atau setidaknya anak-cucunya, harus

Menengok Sistem Perbankan Syariah di Yaman

Kata Bank diambil dari bahasa Italia 'banco', yang berarti bangku atau meja panjang. Hal itu karena pada abad pertengahan dulu, para bankir melakukan transaksi mereka dengan duduk di hadapan meja panjang di tempat-tempat khalayak umum. Awalnya hanya kios-kios sederhana, lalu berkembang menjadi institusi besar terstruktur seperti bank-bank yang dikenal saat ini. Bermula hanya sekedar jasa penitipan dan penukaran uang, kegiatan bank berkembang ke bidang investasi, hingga jasa peminjaman uang dengan bunga dan jaminan tertentu. Dalam praktek transaksi yang dilakukan bank-bank tersebut, banyak di antaranya yang menyalahi hukum syariat Islam. Seperti pemungutan bunga pinjaman, yang dalam Islam dikategorikan sebagai riba, cara jalannya transkasi yang menyalahi hukum muamalah syar'iyah, juga pergerakan investasi bank yang menggeluti bidang bisnis benda haram atau yang tidak sejalan dengan prinsip dasar ajaran Islam. Dan kegiatan perbankan itu pun terus menggurita dengan pesat dan

"Pulang Bawa Ilmu, Bukan Budaya"

Mencari ilmu merupakan tugas yang harus diemban oleh setiap manusia. Tanpa ilmu -juga adab, manusia tak ada bedanya dengan binatang. Islam begitu memotivasi umat manusia agar terus belajar dan menuntut ilmu. Tidak hanya memotivasi, Islam bahkan mewajibkannya. Baik wajib individual (fardlu ain) seperti: ilmu agama dengan kadar yang bisa membenarkan aqidah, mengesahkan ibadah, dan yang membersihkan hati. Ada juga yang wajib kolektif (fardlu kifayah), seperti ilmu kedokteran, ekonomi, arsitektur dsb yang mana profesi dalam bidang ilmu tersebut harus ada dalam satu masyarakat, agar mampu mandiri tanpa bergantungan total pada bangsa lain. Dan jika dalam satu masyrakat tidak ada profesi itu sama sekali, maka semua penduduknya akan berdosa. Demi mendapatkan ilmu-ilmu yang wajib tersebut (baik fardlu ain maupun fardlu kifayah), seseorang diharuskan untuk mencari dan mempelajarinya meskipun itu harus bepergian ke luar kampungnya. Atau ke luar kota. Atau bahkan ke luar negeri. Rasulullah Saw be