Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Gubahan Qasidahku Spesial Ultah Ibu

Gambar
Gubahan Qasidahku spesial untuk ulang tahun Ibu nomer satu se dunia akhirat hehe 😁 :v مَثَلُها سَحَابُ غَيثٍ كَرَمَا * أُمٌ أَحَنُّ بَشَرٍ عَلَينَا أَكَيفَ لانُحِبُّ حُبّاً جَمّاَ * وَبِرُّها جَنَّةُ عِلِّيِّينَا ----------- وَيَا سَمَاءُ بَلِّغِي السَلامَا * مِنّا عَلَيهَا فَرَحاً حَنِينَا مِيلادُهَا ذَا الحِينَ آنَ يَومَا * بِيقِي وَدَانِيَالَ قَبلُ حِينَا وَاحفَظ جَمِيعَهُم وَسِيدَة حِكمَا * بَارِك لَهُم طَوِّلِ العُمرَ فِينَا هُم أَجمَلُ المِنَحِ بَل أَغلَى مَا * أَملِكُ وَالقُرَّةَ هَب لِي عَينَا وَأَدِمِ الفَرَحَ وَالتَبَسُّمَا * لَهُم يُضِيءُ النُورَ مَسرُورِينَا كَذَا ذَوِي الأَرحَامِ وَارحَم دَائِمَا * وَسَائِرِ العَائِلَةِ اجمَعِينَا مِنَ الأَحِمَّاءِ  لِآلِ دَرسَمَا * وَكُلِّ أَقرِبَاءَ مِن عِندِينَا خَالَاتِنَا وَالخَالَ وَالأَعمَامَا * عَمَّاتِنَا جَعَلتُ وَالِدِينَا أَبنَاؤُهُم بَنَاتُهُم تَعمِيمَا * قَد أَصبَحَ الكُلُّ شَقِيقاً فِينَا وَارزُق تَمَامَ الأُنسِ رَبِّ دَائِمَا * وَأُلفَةً أَبَدَ آبِدِينَا بِالجَاهِ وَالأَسرَارِ مِن تَرِيمَا * بِلَادِ أَهلِ الب

(Yang) Santri

Gambar
Tidak benar jika seorang santri selalu disebut kolot dan ketinggalan zaman. Mereka justru berfikir jauh lebih ke depan dibanding dengan anak seusianya yang bukan santri. Masa muda santri dioptimalkan untuk berkecimpung dengan dunia ilmu dan ibadah, yang artinya ia mampu mensinergikan antara ilmu intelektual dan ilmu spiritual. Pun antara ilmu umum dan ilmu syariah. Jika pelajar di luar sana hanya mempelajari pendidikan umum, maka seorang santri di pesantren mempelajari kedua-keduanya, yakni mendalami ilmu syariah di madrasah diniyah tanpa meninggalkan pendidikan umum di sekolah. Kehidupan santri di pesantren pun juga mempunyai nilai plus didukung dengan lingkungan yang tidak mudah terpengaruh oleh alur zaman yang mulai edan. Memang, santri jangan sampai terpengaruh alur zaman yang mulai tak karuan ini, tapi santri juga tidak boleh sampai ketinggalan dari kemajuan era digital. Karena ketika terjun ke masyarakat nanti untuk menyampaikan ilmunya santri butuh up to date dengan media dakw

Ganti Nama Aziz atau Izzuddin?

Gambar
Hari Sabtu lalu (22/10) tepat ramainya Hari Santri Nasional, aku dan kawanku, Asep Hafidz, ziarah ke makam Zanbal, jaraknya sekitar 600 meter dari asramaku. Kami berdua simakan surat Al-Baqarah di area makam Imam Al-Haddad yang berada di tengah pemakamam Zanbal. Aku dan dia sengaja simakan di situ untuk tabarukan dengan para wali dan ulama agar dilancarkan oleh Allah ketika ujian Alquran yang akan kami hadapi di sore hari itu juga. Di saat kami berdua sedang fokus simakan, tiba-tiba datang rombongan peziarah yang aku tahu mereka bukan wajah asli orang Tarim. Setelah aku tanya, ternyata mereka datang dari daerah Yaman bagian barat, tidak jauh dari kota Hudaidah, katanya. Mereka adalah rombongan para pejabat hukum yang termasuk di antara mereka ada seorang Qadhi, yakni pimpinan majelis hakim di kota tersebut, tentunya dia sangat berpendidikan. Satu diantata mereka memulai obrolan dengan bahasa inggris yang cukup panjang dan lancar. Aku hanya melongo. Sesekali mengangguk. Aku memang fah

Kota Shibam, Kota dengan Arsitektur Gedung Paling Ajaib di Dunia

Gambar
Rihlah Hadramaut ied Adha 2016 [Bagian 2] Melanjutkan tulisan reportase rihlah sebelumnya, kali ini saya akan mengulas lebih detail lagi tentang salah satu kota destinasi rihlah Hadramaut hari Rabu pekan lalu (14/9), yakni kota Shibam. Kota ini terletak di jalur utama yang menghubungkan beberapa kota di provinsi Hadramaut, dari kota Tarim, Seiyun, Mukalla, sampai ke arah Sana'a, Ibukota Yaman. Saat melewati jalanan kota ini, di kanan-kiri jalur yang kita lewati terlihat tatanan kota bernuansa kuno semi modern yang menakjubkan. Puluhan gedung yang tingginya sampai 8 lantai, bahkan ada juga yang sampai belasan lantai, tertata rapi dan rapat dengan jarak yang sangat berdekatan. Dan yang paling ajaib adalah gedung-gedung pencakar langit tersebut ternyata arsitektur bangunannya hanya berbahan tanah liat yang dikeringkan saja. Sungguh luar biasa. Meski begitu, bangunan tersebut terbukti mampu bertahan kuat dan kokoh sejak berabad-abad lamanya. Tentu saja, model arsitektur warisan nen

[1] Rihlah Hadramaut ied Adha 2016

Gambar
[Bagian 1] Ziarah Makam Nabi, Para Wali dan Ulama Terkemuka di Hadramaut*. Hari Rabu dan Kamis kemarin (14-15/9), pelajar Indonesia mengisi liburan idul Adha 1437 H dengan tour rihlah ziarah Nabi, Wali dan para ulama provinsi Hadramaut. Rihlah dengan tiga bis yang dikomandoi oleh pengurus bidang dakwah Asosiasi Mahasiswa Indonesia (AMI) Al-Ahgaff ini dimulai dari kota Tarim sampai terakhir ke ujung kota Douan. Destinasi awal tentunya masih di sekeliling kota Tarim yang terkenal dengan kota seribu wali. Kemudian dilanjutkan menuju distrik Masileh, tepatnya di makam Al-Habib Abdullah Husein bin Thahir, pengarang kitab Sullam At-Taufiq yang banyak dipelajari di pesantren-pesantren Nusantara. Pada zaman Habib Abdullah bin Thahir ini, ada tujuh ulama pakar fiqih yang semuanya bernama Abdullah, yang kemudian dikenal dengan istilah Al-Abadilah As-Sab'ah (tujuh Abdullah). Destinasi selanjutnya ke distrik Taribeh, ziarah makam Imam Alawi bin Ubaidillah bin Imam Al-Muhajir. Beliau adalah

Senja Kota Tarim

Gambar
Senja Kota Tarim Tiap sore hari, kota Tarim, kota kecil seluas tiga kecamatan di Indonesia ini terlihat hidup dan ramai. Pancaran sinar matahari pun terlihat amat anggun, terbias indah di antara tebing-tebing wadi Hadramaut. Di saat seperti ini, udara musim panas tidak begitu panas, udara musim dingin pun tidak sedingin waktu pagi dan malam. Pasar ramai pembeli. Anak-anak muda main bola di lapangan, ada juga yang nongkrong di pinggir jalan dengan motor modifnya, dan anak-anak kecil asyik bermain mainan tradisional entah apa namanya. Di mag-ha (warkop), orang-orang sepuh sedang menikmati senja dengan segelas syahi halib (teh susu). Banyak juga santri-mahasiswa yang berjalan menuju pesantren tahfidz Al-Aydrus atau Ubadah dengan mulut yang berkomat-kamit melantunkan hafalannya. Syahdu sekali suasananya. Kota ini memperlihatkan keajaibannya saat adzan maghrib berkumandang. Sahut-sahutan suara adzan dari ratusan masjid amat menggema di antero kota, terpantul dari tebing sebelah utara dan

Tadabur di Atas Awan

Gambar
Tadabur di Atas Awan Perjalanan jauh dengan naik pesawat terbang adalah salah satu momen yang paling cocok untuk bertadabur merenungi keagungan ciptaan Allah Swt. Bahwa bumi yang kita pijaki saat ini ternyata tidak hanya selebar daun kelor. Amat lebar dan amat luas. Ceritanya, saat itu Aku memulai perjalanan dari tanah kelahiranku, Surabaya, dengan tujuan akhir ke kota Tarim-Yaman untuk melanjutkan studi bachelor-ku yang akan masuk semester tujuh. Rute penerbangannya menggunakan tiga pesawat yang berbeda, yaitu Surabaya-Jakarta, Jakarta-Bangkok Thailand, dan Bangkok-Muscat Oman. Lalu kulanjutkan dengan perjalanan darat lintas negara dengan jarak hampir 2.000 KM dari kota Muscat Oman sampai kota Tarim Yaman. Backpacker-an yang cukup seru. Bagiku, waktu yang paling asyik untuk bertadabur adalah saat pesawat yang kunaiki dalam proses take off dan landing, yakni sekitar 10 menit awal dan 10 menit akhir penerbangan dengan ketinggian kira-kira 6.000 meter dari permukaan laut, kurang lebih

Bertemu Abahyai Taufiq di Masjid Bandara Juanda Surabaya

Gambar
Ceritanya, saat itu aku dan Imad ( Mohammed Akh Ahmad ) mengantarkan Habib Syarif Fikri Al-Aydrus ( شريف العيدروس ) kawan satu angkatanku di Al-Ahgaff yang akan pulang ke Kalimantan via pesawat di bandara Juanda Surabaya. Jadwal penerbangannya jam 6 pagi, dan check in pukul 5 pagi. Artinya, kami bertiga harus berangkat dari rumah jam setengah 4 dini hari. Sesampainya di Juanda, kami langsung menuju ke masjid bandara. Namun tak disangka2, aku bertemu Abahyai Taufiq bersama dua anak santri Amtsilati. Beliau akan terbang ke Pontianak mengisi seminar dan prosesi wisuda Amtsilati di pesantren Darul Faizin Pontianak yang kebetulan putra pengasuhnya adalah kawan satu angkatanku di Al-Ahgaff Yaman. *Ali Utsman Ramadhan. Saat itu, Abahyai masih khusyu' dalam wiridnya, aku pun menunggu. Selesai wirid, Beliau langsung mengambil buku bacaan, buku tulis dan pena. Lalu bersandar di salah satu tiang masjid sembari melepas baju koko putihnya. Tinggal kaos putih oblong dan peci putih. Sebuah pema

NINJA versus TARZAN

Gambar
*edisi malming :D Zaman sekarang Hak Asasi Manusia (HAM) selalu diidentikkan dengan kebebasan. Kebebasan dikaitkan dengan keterbukaan. Dan "keterbukaan" yang paling nge-tren buat anak2 muda ya keterbukaan gaya "fried chicken", alias keterbukaan "paha-dada" hehe :D. Tapi yang sering terlupakan adalah, setiap ada "freedom of keterbukaan", maka tentu ada pula "freedom of ketertutupan". Iya kan? Nah pertanyaannya, jika keterbukaan dinilai sejalan dengan HAM, mengapa ketertutupan malah dipandang sebelah mata? Misalkan, wanita yang mengumbar "faha-zaza"nya, kita dukung mati2an dengan dalih kebebasan berekspresi. Giliran ada wanita yang berhijab atau bercadar, kita bulli habis2an. Sok alim kek, sok paling islam kek, konservatif kek, fundamental kek, istri teroris kek, bla bla bla.. Padahal logikanya, kalau tiap wanita mempunyai hak untuk terbuka, pastinya dia punya hak untuk tertutup juga dong! Harusnya kita hargai kebebasan wanit

[Menakjubkan!] Kisah Wanita yang Buta Selama 57 Tahun

Gambar
Kisah seorang wanita asal Tunisia bernama Fatimah. Ia buta sejak berumur 13 tahun. Sama sekali tidak pernah bisa melihat. Ia menikah dalam keadaan buta, ia pun hamil dan mempunyai anak. Ia menjalani hidup tanpa merasa resah ataupun bosan dengan keadaannya. Sampai ketika ia berusia 70 tahun, ia ingin melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Ia mengumpulkan biaya dan bekal untuk berangkat haji bersama anak dan cucu-cucunya. Namun tiba-tiba di hatinya muncul rasa rindu yang amat mendalam untuk melihat Baitullah. Seketika itu, ia langsung beranjak pergi ke dokter ingin menjalani operasi agar penglihatan matanya kembali normal. Ia berangan-angan bisa memakai celak di matanya saat melihat kemuliaan Baitullah. Tapi jawaban dokter, sangat mustahil mengembalikan penglihatan mata yang sudah tidak berfungsi selama 57 tahun! Sungguh, malang betul nasib wanita ini. Ketika waktu pemberangkatan haji tiba, ia terus menerus berdoa, "ya Allah, andai aku bisa melihat ka'bah, sebentaaarr saja ya

Di Negeriku, Tamu adalah Raja

Gambar
Kalo dipikir2, Indonesia ini negeri yang ramah. Dibanding dgn negara2 lain, Indonesia sangat gampang memberikan kewarga-negaraan kpd pendatang asing. Syaratnya begitu mudah. Cukup berdomisili 5 tahun dan mampu berbahasa, orang asing bisa diakui secara resmi sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Iya, cuma 5 tahun. Super sekali bung. Tentu jauh berbeda dgn negara2 lain. Di Arab Saudi misalnya, orang asing sangat sulit menjadi warga negara Saudi. Rumit dan berbelit2, hampir dikata mustahil. Kecuali jika orang asing tersebut mempunyai hubungan pernikahan dgn WN Saudi. Maka akan lebih memudahkan, tapi tetap saja susah dan berbelit2. Saya sendiri sangat setuju dipersulit dan berbelit2. Dan memang harusnya begitu. Karena dengan dipersulitnya urusan kewarga-negaraan ini, sebuah negara akan lebih aman dan jauh kemungkinan akan dikuasai pihak asing. Dan sebaliknya, semakin gampang memberikan kewarga-negaraan, semakin gampang pula negara itu dikuasai pihak asing. Nah dulu, di Indonesia ini, un

At: Juanda Airport

Gambar
Minggu 21 Februari kemaren pas nganter kakak sepupuku ke bandara Juanda, menuju Jakarta yang selanjutnya mau terbang ke Aljazair. Alhamdulillah dia telah resmi diangkat menjadi staf kedutaan besar (kedubes) RI di Aljazair, negara yang semi arab-eropa. Katanya, untuk bisa diterima bertugas di situ, persyaratannya minimal harus menguasai bahasa arab, bahasa inggris dan bahasa prancis! *wooww boro-boro bahasa prancis, bahasa inggris aja ente masih plegak-pleguk zro zro haha. 😂 Bagiku, dia termasuk orang yang menginspirasi buanget. Gimana enggak? Dia hafal Alquran, lulusan Al-Azhar Mesir, terus ngelanjutin program magister jurusan hubungan internasional di UNAIR (Universitas Airlangga) sekaligus magister di UIN dalam waktu yang bersamaan!! Sebelum mendapatkan tugas di kedubes ini, dia adalah seorang wartawan media cetak, dan juga wartawan salah satu stasiun televisi swasta di Surabaya. Dan bisa dibilang, orang ini adalah orang yang pertama kali "memaksa" saya untuk terus belaj

Indahnya Kolaborasi Tiga Budaya. Nusantara, Arab dan Tiongkok

Gambar
Minggu tanggal 9 Agustus kemarin, keponakanku berkhitan. Musyaffa’ namanya. Dirayakan dengan pesta walimah seharian penuh. Pagi untuk undangan pria, sore untuk undangan kawan sebayanya dan malam untuk undangan wanita. Di malam itu juga, adalah puncak acara dengan pesta arak-arakan mengitari kampung. Ramai sekali. Malam itu, si kecil ponakanku dirias dengan pakaian gagah dengan gaya putra kesultanan. Menaiki kuda cantik berwarna coklat putih. Potret kamera pun bertebaran di sekelilingnya, tak terkecuali kamera ponselku. Rute arak-arakan ini terbilang cukup panjang. Sekitar 800 meter mengitari kampung Nginden Surabaya. Awalnya, rute arak-arakan hanya mengitari kampung bagian selatan, namun karena begitu meriahnya pesta arak-arakan ini, masyarakat merasa kurang puas yang akhirnya rute ditambah ke arah kampung utara. Maklum saja, karena pesta ini dimeriahkan langsung oleh jam'iyah hadrah shalawat Al-Mahbub, pencak silat dari perguruan Setia Kawan, dan seni Barongsai dari SD Kreatif

Khowatir 10 Dalam Kenangan

Gambar
Sebelum kita masuk ke curahan hati yang amat mendalam ini hehe *lebay :D tak kasih tau dulu seputar apa itu "Khowatir". Bisa dikatakan, Khowatir ini acara televisi yang sangat bergengsi. Apalagi untuk kalangan akademis. Acara yang digagas dan dibawai langsung oleh Ahmad As-Syugaeri ini merupakan acara televisi yang berisi kajian-kajian dan observasi ilmiah yang amat inovatif dan inspiratif. Tak tanggung-tanggung, negara apapun dan sejauh manapun akan dikunjungi sebagai bahan pembanding observasi kajian di negara-negara Arab. Mulai dari benua Asia seperti Jepang, Malaysia, sampai ke benua Amerika. Aku sendiri baru mengenal acara ilmiah ini saat kuliah memasuki tahun kedua di Al-Ahgaff, tepatnya saat perkuliahan dan asramaku pindah ke kota Tarim. Karena acara ini memakai bahasa arab kontemporer, kebanyakan pelajar-mahasiswa non arab yang masih pemula belum bisa memahami 100% pembahasan di tiap sesi acara ini. Kalau ia bisa faham, aku jamin 99% pasti dia kagum dan takjub dengan