Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Menjadi Wali, Cita-Cita Ahlu Tarim Sejak Usia Dini

Cita-cita berbeda dengan angan-angan. Cita-cita adalah titik target. Untuk mencapainya harus dengan rancangan, rencana, fokus tujuan dan usaha ekstra. Seorang yang bercita-cita, artinya dia memiliki target level yang harus ia capai, dan ia yakin akan berhasil meraihnya. Beda halnya dengan angan-angan. Hal mustahil, hal yang sulit tercapai, atau harapan yang tak dibarengi usaha dan keyakinan, masuk kategori angan-angan. Ia hanyalah bayangan. Tanpa tekad dan keseriusan, angan-angan hanyalah fatamorgana dan isapan jempol belaka. Anak kecil atau seusia remaja seringkali memiliki cita-cita hidup. Mereka yang bercita-cita, bukan sekedar berangan-angan, tentunya memiliki tekad kuat untuk mencapai tujuannya. Apapun jalannya, ia akan selalu berjuang melewati segala rintangannya. Bercita-cita menjadi dokter misalnya. Jika sejak usia SD seorang anak kecil ingin menjadi dokter, maka tentu pandangan hidupnya akan lebih jauh ke depan. Dia akan belajar bersungguh-sungguh. Menargetkan nilai yang ti

Hikmah dan Falsafah di Balik Peristiwa Isra Mi'raj

18 bulan sebelum Nabi berhijrah ke Madinah, tepatnya pada malam 27 Rajab, terjadi peristiwa agung dalam sejarah Islam. Adalah Isra dan Mikraj. Yakni perjalanan lintas negara dan lintas alam, yang dialami Nabi hanya dalam waktu satu malam. Isra adalah perjalanan Baginda Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram Makkah ke Masjid Al-Aqsa Palestina, dengan mengendarai Buroq, yaitu sejenis hewan tunggangan yang ukurannya lebih besar dari keledai, dan lebih kecil dari bagal. Tiap langkahnya adalah jarak sejauh mata memandang. Di masjid Al-Aqsa, Nabi Muhammad melakukan shalat dua rakaat. Beliau menjadi imam, dan seluruh para nabi menjadi makmumnya. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju langit pertama, kedua, ketiga dan seterusnya hingga sampai di Sidratul Muntaha yang disebut dengan peristiwa Mi’raj. Di saat Miraj itu, Nabi diperlihatkan perihal surga dan neraka, dan hal-hal yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas di pikiran manusia mana

Telusuri Manuskrip di Tarim, Temukan Hubungan Erat Antara Hadhramaut dan Nusantara

Sabtu pagi (30/1), aku bersama tiga orang kawanku mendapatkan tugas khidmah. Syekh Ali Baharmi dan Habib Muhammad bin Hasan Al-Haddad meminta kami menemani dan membantu. Kali ini untuk menelusuri manuskrip-manuskrip kuno. Atau kitab-kitab berusia tua yang masih ditulis dengan tangan. Di sebuah rumah kuno milik keluarga Al-Haddad. Yang sudah lama tidak ada yang menghuni. Pagi usai terbit matahari itu, HPku berdering. Syekh Ali menelpon. Bertanya posisiku di mana. Kujawab, saya bersama teman-teman sudah ada di masjid Baharmi. "Yakher, langsung menuju ke masjid raya Al-Haddad Hawi ya, saya tunggu", kata beliau melalui telponnya. Kami berempat lantas berangkat menuju masjid Al-Haddad. Jaraknya sekitar 10 menit naik motor dari masjid Baharmi. Sampai di sana, kami diarahkan ke sebuah rumah. Tidak jauh dari masjid Al-Haddad. Rumah kuno berlantai tiga. Sudah berdebu cukup tebal. Karena lama ditinggal dan tidak dihuni oleh para ahli waris pemiliknya. Awal masuk rumah, kami langsung