Bersama Qadhi Yasir, Ulama Muda Pemegang Ratusan Sanad Guru
Adalah Al-Qadhi Yasir bin Salim As-Syahiry, seorang qadhi di salah satu kota di Yaman Utara. Beliau merupakan ulama muda dengan dua gelar doktor; doktor hadits dan doktor aqidah, yang hafal ratusan sanad di luar kepala, baik sanad hadits sampai Rasulullah Saw maupun sanad kitab sampai kepada penulisnya. Baik sanad kualitas tinggi (singkat) maupun rendah (panjang). Juga berbagai macam bentuk gaya sanad, semisal sanad sampai Rasulullah dengan semua jalur Ahlul Bait, semua jalur Fuqaha, jalur Muammar, jalur semua orang Yaman, jalur Sufi-Asy'ari, dsbg.
Semenjak Yaman Utara dilanda perang saudara, beliau memutuskan untuk hijrah ke Tarim. Awal kedatangannya di Tarim, beliau mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Habib Abu Bakar Al-Adeni langsung meminta beliau untuk mengajar di salah satu pesantren yang diasuhnya. Guru-guru Darul Musthafa sowan menyambung sanad silsilah guru pada beliau. Juga Alerth Nabawi TV menawarkan pada beliau untuk mengisi acara kajian Shahih Bukhari dengan 40 episode, namun dengan halus tawaran itu ia tolak. Andai diterima, mungkin beliau bisa mengkaji Shahih Bukhari 40 pertemuan dengan menyebutkan jalur sanad yang berbeda di setiap episodenya.
Dan alhamdulillah, kami bisa talaqqi dan ngaji rutinan bersama Syekh Yasir ini setiap hari Selasa dan Rabu, dari bakda Ashar selama hampir 4 jam nonstop hingga bakda Isya pukul 19.30 KSA. Itupun baru berhenti karena kami punya jadwal kuliah hadits pukul 20.00 di Darul Ghuraba Tarim. Dan asyiknya, setiap kali ngaji di rumah beliau, kami diberi beberapa riwayat Hadits Musalsal, yakni hadits yang periwayatannya memakai cara tertentu yang dilakukan Rasulullah pada sahabatnya, hingga sampai pada guru kita dengan cara yang sama persis. Di sela-sela beliau memberi sanad pada kami tak jarang beliau katakan "tak pernah kutemukan sanad yang lebih tinggi (singkat) dari sanad ini".
Kepakaran beliau dalam hadits, ushul fiqih dan aqidah-pemikiran terlihat saat sesi pertanyaan bebas di setiap ngaji. Jawaban-jawaban beliau muncul secara spontan dan memukau dengan menyebutkan referensi detailnya dari sumber kitab, nama ulama hingga tahun lahir-wafat. Jujur, sepertinya kami belum pernah melihat ulama dengan umur semuda beliau hafal referensi sebanyak dan sedetail itu. Dan sekali lagi, hal itu beliau lakukan secara spontan menjawab pertanyaan bebas kami. Cara beliau menjawab pertanyaan juga amat elegan yang identik dengan kecerdasannya, dengan pola menyinergikan antara logika akal, dalil syar'i dan pendapat para ulama.
Hari Rabu (7/2), kami diberi sanad hadits Tsulatsiyat Bukhari, yakni 22 hadits kebanggaan Imam Bukhari dalam Shahih-nya yang sanadnya hanya 3 orang sampai Rasulullah Saw. Kami diberi sanad guru tersebut sampai Imam Bukhari dengan sanad qiraah dan ijazah fil baqi. Lalu besoknya, hari Kamis (8/2), kami juga baca 72 kitab hadits dengan sanad guru sampai penulisnya, dan sampai Rasulullah. Termasuk diantaranya Sahih Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abi Daud, An-Nasai, Ibn Majah, Muwatha'. Setiap dari 72 kitab hadits itu kami membaca satu hadits di awal kitabnya dengan memakai kitab Al-Awail As-Sumbuliyah karya Imam Said Sumbul.
Di hari itu pula, kami juga diberi belasan hadits musalsal sekaligus. Salah satunya adalah hadits Nabi tentang musofahah yang berbunyi "Barang siapa yang bersalaman denganku, atau bersalaman dengan orang yang pernah bersalaman denganku, hingga hari kiamat, maka dia masuk surga". Oleh beliau kami dipraktekkan tiga cara
salaman yang diajarkan oleh Rasulullah, dan turun temurun melalui sanad guru sampai pada kami dengan cara yang sama. Juga hadits tentang suguhan tamu dengan air dan kurma yang pernah dilakukan Rasulullah dan diteruskan lagi oleh para sahabat dengan cara yang sama persis, dan sampai pada kami.
Kemudian beliau juga memberi sanad Alquran Qiraah Ashim riwayat Hafesh dengan membaca Alfatihah dan awal surah Albaqarah. Juga talqin kalimat Tauhid dengan sanad musalsal seperti yang pernah dilakukan Rasulullah bersama para sahabatnya, yaitu para hadirin saling memegang tangan satu sama lain, sementara pintu rumah tertutup.
Bagi kami, sosok Syekh Yasir ini sangatlah menginspirasi, sekaligus mengingatkan kami bagaimana kesungguhan para ulama zaman dahulu yang menggunakan masa mudanya dengan sangat optimal. Umur yang masih muda dengan keilmuan yang sedemikian tinggi ini membuat kami hanyalah seperti debu yang 'nyungsep' di kuku kaki mereka. Sekaligus menjadi tamparan keras buat kita yang masih saja menyianyiakan waktu dengan aktifitas "nyampah" yang sungguh menyebalkan.
Dan doa kami, semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan pada kita, sehingga kita selalu mempunyai kesemangatan tinggi dalam belajar dan membaca buku/kitab para ulama klasik maupun kontemporer. Dan terus bergandengan tangan dengan para ulama istiqamah yang sambung dengan Rasulullah Saw hingga di surga nanti. Amien ya Rabbal Alamin.
Azro,
Tarim, 12 Februari 2018
Foto: di rumah Qadhi Yasir saat ngaji terakhir sebelum keberangkatan beliau ke Sudan minggu ini. Oleh kameramen gus Iqbal Falah Malang.
antum tinggal di tarim ustadz?
BalasHapusMaasyaallah.. ❤
BalasHapusMaa Syaa Allah, Jazakallah Khair
BalasHapusBeliau, klu tidak salah abg seniur kami di darul ulum, bliau tamatan pertama murid syekh muhammad ali yahya mur'i jamiah Darul Ulum Hudaedah
BalasHapusIzin ambil poto ust dan kterangnny
BalasHapus