Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

R26: Takaran dan Timbangan di Mata Pedagang Tarim

Tarim, 26 Ramadhan 1440 H Akhlak dan ajaran Islam sungguh telah mendarah daging di tubuh masyarakat Tarim. Dari segala lini elemennya. Tak terkecuali para pedagangnya. Mereka, meski berdagang, perhatian terhadap urusan agamanya amat menakjubkan. Menutup toko setiap jamaah salat 5 waktu di masjid. Berhati-hati pada kehalalan jual beli. Hingga sangat menjaga dalam perihal takaran dan timbangannya. Di pasar Tarim, istilah-istilah 'kuno' yang ada dalam syariat Islam yang berhubungan dengan timbangan dan takaran, masih digunakan dan mudah dijumpai di lapak-lapak mereka. Seperti Mud dan Sho' (setara 4 mud). Misal, kalau beli buah Sidir. Yang dipakai untuk mengukur sedikit-banyaknya adalah takaran. Berbentuk seperti gelas yang terbuat dari kayu. Untuk ukuran satu mud, setengah mud, hingga satu sho'. Soal menjaga dan berhati-hati dalam ketepatan takaran, pedagang Tarim tak perlu ditanyakan lagi. Sangat mengagumkan. Sangat mengharukan. Mereka betul-betul memegang firman Allah

R25: Menengok Sejarah Kastil-Kastil Kuno Kota Tarim

Tarim, 25 Ramadhan 1440 H Yaman, negeri yang menyimpan catatan sejarah dan peradaban yang menakjubkan. Salah satu bukti kongkritnya adalah gaya arsitektur bangunan yang hebat. Dengan bahan baku tanah liat. Menjulang tinggi, besar, megah dan gagah. Berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Dan bertahan sampai saat ini. Bermacam-macam. Mulai dari kastil, masjid dan menaranya, maupun rumah penduduk biasa. Arsitekturnya khas tanah liat. Tak kan ditemukan gaya arsitektur elegan seperti ini selain di Yaman. Kastil-kastil gagah dan megah sampai sekarang ini masih banyak dijumpai di Hadhramaut. Khususnya kota Tarim. Dengan arsitektur menakjubkan. Berbahan baku tanah liat. Besar dan megah. Bahkan ada yang sampai 6 lantai. Kuat dan kokoh, mampu bertahan hingga ratusan bahkan ribuan tahun. Satu di antaranya adalah Kastil Renad. Kastil terbesar di Tarim. Lokasinya tepat berdampingan dengan masjid Jami' Tarim. Hanya selisih dua meter! Gagah dan megah. Juga tertua. Berdiri sejak era sebelum Islam.

R24: Cara Berpakaian Antara Ahli Tarim dan Santri Nusantara

Tarim, 24 Ramadhan 1440 H Setiap negeri atau daerah pasti mempunyai budaya setempat. Asli maupun adopsi. Itulah realita kehidupan sosial manusia. Masing-masing mempunyai tradisi budaya dan adat istiadat yang khas. Namun tak dipungkiri juga terjadinya campur aduk yang saling mempengaruhi budaya antar daerah. Di banding negara-negara Timur Tengah lainnya, Yaman termasuk negeri yang masih berpegang teguh pada tradisi-tradisinya yang original, asli, dan tak banyak terpengaruh. Berbeda dengan negara-negara tetangga, seperti Dubai, Saudi dan lainnya yang kemajuan zaman dan teknologi telah mengubah gaya hidupnya. Tak terkecuali cara berpakaian mereka yang mulai kebarat-baratan. Tapi tidak untuk Yaman. Tradisi dan budaya Yaman masih kuat dipegang masyarakatnya. Mulai dari kegiatan-kegiatan religi, gaya hidup keseharian yang diturunkan dari nenek moyangnya, hingga cara mereka berpakaian. Di seluruh Yaman pada umumnya. Terlebih provinsi Hadhramaut, dan kota Tarim khususnya. Pakaian ahli Tari

R23: Tradisi Khataman Masjid Tarim di Bulan Ramadan

Tarim, 23 Ramadhan 1440 H Ramadan bulan diturunkannya Alquran. Umat Islam di manapun berada akan meningkatkan amalan baca Alquran mereka. Apalagi masyarakat Tarim. Di Tarim, tadarus Alquran memang selalu ada di selain bulan Ramadan. Dua kali dalam sehari. Setelah magrib dan akhir malam menjelang subuh. Namun di bulan Ramadhan tadarus itu ditingkatkan lebih giat lagi. Acara khataman Alquran di masjid-masjid Tarim, melalui tadarus itu, memang biasa dihelat. Tentu berkali-kali dalam satu bulan. Namun khusus di bulan Ramadan, khataman Alquran atau orang sini menyebutnya: khotem ini digelarkan dengan konsep acara yang meriah. Tapi hanya sekali saja acara itu. Untuk masing-masing masjid. Acara puncak khatam. Sesuai jadwal gilirannya. Yang dimulai di atas tanggal  15 Ramadan, meski kebanyakan pada 10 hari akhirnya. Acara puncak 'khotem' pertama ada pada malam 17 Ramadan. Jadwalnya Darul Mustofa. Tasyakuran dan doa bersama khatam Alquran yang biasa dibaca Habib Umar dalam tarawihnya

R22: Inspirasi Habib Abdulqadir Alaydrus, Ayahanda Empat Ulama Bergelar Doktor

Tarim, 22 Ramadhan 1440 H Tarim tak habis-habisnya memberi inspirasi. Kota mungil yang penuh hal-hal menakjubkan. Masyarakatnya hidup sederhana. Namun berkualitas. Orang Tarim, meskipun ia berada, cerdas, hebat, penuh prestasi, tapi masih saja lebih suka hidup sederhana dan ala kadarnya. Hanya urusan dunia, pikir mereka, tak perlu serius memikirkan penampilan zahir. Satu di antaranya adalah Habib Abdulqadir Alaydrus. Ulama yang alim, saleh, zuhud dan sederhana. Keluarganya terkenal dengan kecerdasan dan keilmuan. Empat putranya semua ulama besar, bergelar doktor. Semuanya berpenampilan sederhana. Seolah bagi mereka tak ada keistimewaan sama sekali dengan prestasi-prestasi itu. Putra-putra Habib Abdulqadir adalah guru kami di Universitas Al-Ahgaff. Kami menyebut kakak-beradik ini dengan sebutan: keluarga dakatir. Bentuk plural dari sebutan doktor. Semuanya alim. Dan menginspirasi. Mereka adalah: Pertama, Dr. Habib Muhammad bin Abdul Qadir Alaydrus, mantan Dekan Fak. Syariah dan Huku

R21: Berbakti Kedua Orang Tua Ala Ahli Tarim

Tarim, 21 Ramadhan 1440 H Ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua. Rasulullah pernah ditanyai apa amalan yang paling dicintai Allah? Rasul menjawab: salat tepat pada waktunya, berbakti pada kedua orang tua, lalu jihad di jalan Allah. Berbakti pada kedua orang tua (birrul walidain) dalam agama ini termasuk amalan yang amat besar. Berpahala sangat besar. Yang mendatangkan keberkahan hidup di dunia, sampai di akhirat. Juga sebaliknya. Durhaka pada kedua orang tua termasuk dosa sangat besar. Oleh Allah dicabut keberkahan hidup pelakunya. Disengsarakan hidupnya di dunia. Tak diberi ketenangan dan ketentraman. Hingga disiksa pedih di neraka nanti. Allah dalam firman-Nya tegas melarang seorang anak mengatakan 'huh' pada kedua orang tuanya, bagaimana dengan membentak, menantang, bahkan menyakitinya? Oleh karenanya, masyarakat Tarim sangat memerhatikan soal birrul walidain ini. Berbakti kepada kedua orang tua, kakek-nenek, hingga buyut-buyut mereka. Itu terbukti dari akhlak, inte

R20: Persiapan Ahli Tarim Sambut 10 Hari Akhir Ramadan

Tarim, 20 Ramadhan 1440 H Ramadhan di mata masyarakat Tarim betul-betul bulan yang istimewa. Tidak seperti daerah-daerah lain yang hanya ramai di awal saja. Di Tarim, semakin hari semakin bertambah semangat. Terlebih saat memasuki 10 hari akhir bulan Ramadhan. 10 malam istimewa itu bermula di malam 21 Ramadhan. Dan malam ke 20-nya adalah malam persiapan untuk menyambut 10 hari akhir itu. Masjid-masjid Tarim yang seusai tarawih-witirnya dibacakan syair dan qasidah panjang itu, kini ditambah lagi dengan pembacaan 'khutbah'. Khusus untuk persiapan menyambut 10 akhir Ramadhan. Lumayan panjang. Sekitar setengah jam membacanya. Khutbah itu berisi motivasi agar tambah giat lagi meningkatkan ibadah, 'mengencangkan ikatan sarung', dan tentang fadilah-keutamaan 10 akhir Ramadhan. Yang di dalamnya ada Lailatulqadar. Satu malam istimewa yang lebih unggul dibanding 1.000 bulan. Satu malam yang keistimewaannya melebihi rata-rata umur manusia. Di khutbah itu juga ada ucapan salam

R19: Tadarus Bilghaib Masjid Segaff dan Tarawih Dini Harinya

Tarim, 19 Ramadhan 1440 H Masjid Segaff, salah satu masjid tua dan paling dihormati di Tarim. Masyhur dengan lembaga tahfidz Abi Qubbah Murayyim-nya. Terkenal banyak melahirkan para penghafal Alquran. Sampai membuka cabang di beberapa tempat. Di masjid Alaydrus yang tak jauh darinya. Juga cabang di masjid Ubadah yang dekat dengan kampus Al-Ahgaff Tarim. Di bulan Ramadhan, masjid Assegaff rutin menggelar tadarus Alquran. Pada jam 9 malam. Membacanya Bilghaib. Alias dengan hafalan di luar kepala. Membentuk satu kelompok melingkar. Yang semuanya adalah seorang hafidz Alquran. Tanpa memegang mushaf. Saling mengingatkan ketika ada pembacanya yang lupa atau keliru hafalan. Di hari biasa, selain Ramadhan, tadarus rutinan memang selalu ada. Dua kali sehari. Bakda Magrib dan di akhir malam menjelang Subuh. Sama seperti masjid-masjid Tarim lainnya. Rutin dan istiqamah. Dan sudah membudaya di masyarakatnya. Turun temurun dari nenek moyangnya. Di bulan Ramadhan, jadwal tarawih masjid Segaff in

R18: Masjid Segaff dan Hadhrah Bermusik Syahdu

Tarim, 18 Ramadhan 1440 H Masjid As-Segaff. Salah satu masjid tua dan dihormati di Tarim. Berdiri pada tahun 768 Hijriyah. Salah satu dari sepuluh masjid yang dibangun oleh Al-Imam Abdurrahman Assegaff, punggawa habaib bermarga Assegaff. Julukan Assegaff (Assaqqaf) sendiri bermakna atap. Disematkan pada beliau karena ketinggian ilmu dan derajat kewaliannya. Diceritakan, Imam Abdurrahman yang merupakan cicit Imam Faqih Muqaddam ini setiap harinya biasa mengkhatamkan Alquran 2 sampai 4 kali khataman. Beliau hidup atas kerja tangan sendiri. Dengan menanam pohon-pohon kurma yang setiap satu pohon tanamannya dibacakan surat yasin. Khusus perkebunan yang bernama Bahubaisyi, tiap tanamnya beliau bacakan satu kali khataman Alquran. Tentu tanpa mengesampingkan kesibukan belajar-mengajarnya. Masjid ini terletak di jantung kota Tarim. Sekitar 50 meter dari Masjid Baalawi. Di antara keduanya ada Darul Faqih, tempat para mufti Tarim berkumpul dan berdiskusi. Arsitektur masjidnya kuno. Sama seper

R17: Nuzulul Quran, Dzikra Badar dan Khataman Darul Mustofa

Tarim, 17 Ramadhan 1440 H Kemarin Darul Mustofa ada acara besar. Khatmul Quran. Dua juz yang dibaca Habib Umar setiap tarawih itu akhirnya khatam juga. Memang sudah menjadi jadwal rutin. Tiap malam 17 Ramadhan DM punya hajatan 'khotem'. Bertepatan dengan momen Nuzulul Quran. Ada takjil dan buka bersama. Lalu tarawihnya diimami kakanda Habib Umar sekaligus pimpinan mufti Tarim, Habib Ali Masyhur bin Hafidz. Acara diawali dengan takjil bersama. Di musolla Darul Mustofa, hingga membeludak di pelatarannya. Ramai sekali. Dari santri, ulama, sampai masyarakat umum Tarim. Ribuan yang hadir. Duduk memanjang saling berhadapan. Menghadap hidangan. Dengan menu air es, kurma, dan kue terang bulan. Yang aku yakin itu hasil tangan santri Indonesia. Usai takjil, langsung salat Magrib berjamaah di tempat. Setelah itu masih ada salat jamaah lagi. Salat Tasbih empat rakaat. Diimami langsung Habib Umar bin Hafidz. Salat tasbih ini memang sudah menjadi budaya masyarakat Tarim. Di salat itu, ki

R16: Di Tarim, Hujan Turun Saat Puncak Musim Panas

Tarim, 16 Ramadhan 1440 H Hanya ada dua musim di kota Tarim ini. Musim panas dan musim dingin. Ketika dingin suhunya bisa mencapai 2 derajat celcius. Sangat dingin. Saat musim panas bisa 44 derajat celcius. Panas sekali. Jarang hujan. Hanya dua atau tiga kali turun dalam setahun. Tapi unik. Hujan itu turun saat puncak musim panas. Yang suhunya di atas 40 derajat. Dan menjadi penyejuk di kala panasnya jagat. Di hari itu, langit masih cerah dan sedang terik-teriknya. Cahaya mataharinya silau dan panas. Lalu tiba-tiba datang angin. Bertiup lumayan kencang. Membawa mendung hitam. Langit sedikit demi sedikit mulai menggelap. Angin itu juga membawa banyak debu dan pasir gurun. Menciptakan dua situasi yang kontras. Antara mendung yang sejuk, dan debu pasir yang kering. Tapi angin ini juga membawa berkah. Untuk kebun kurma yang siap musim berbuah. Serbuk sari pohon-pohon jantannya, oleh angin diterbangkan secara acak hingga diterima bunga-bunga pohon betina. Terjadilah perkawinan. Secara al

R15: Satu Malam Tarawih 120 Rakaat Berjamaah di Tarim

Tarim, 15 Ramadhan 1440 H Tarim, salah satu kota kecil di provinsi Hadhramaut, Yaman. Kota yang pada tahun 2010 dinobatkan ISIESCO sebagai kota Pusat Peradaban Islam Dunia. Meskipun wilayahnya relatif kecil, kota ini konon mempunyai lebih dari 300 masjid, walaupun hanya sebagian di antaranya yang dipakai untuk salat Jumat. Pada bulan Ramadhan, ratusan masjid Tarim itu mempunyai jadwal tarawih yang bervariasi. Ada yang di awal isya. Ada yang di tengah malam. Ada juga yang dini hari menjelang sahur. Azan isya di masjid-masjid itu sesuai kapan dilaksanakan tarawihnya. Jika tarawihnya pukul 00.30 dini hari, maka azan isyanya pukul 00.00. Alhasil, di kota ini azan isya bulan Ramadhan bisa didengar sepanjang malam. Jadwal sebagian masjid-masjid itu tertulis dalam daftar yang rapi. Tersebar di masyarakat. Jadi, kalau kita ingin tarawih kapan dan di mana, tinggal lihat jadwalnya. Lalu pilih jamaah masjid yang sesuai selera. Jadwal tarawih gelombang pertama ada di masjid Sulton, dekat makam

R14: 'Ngaji' Dokter Habib Ibrahim Al-Kaff, Sesepuh Para Dokter Tarim

Tarim, 14 Ramadhan 1440 H Ibrahim bin Husein Al-Kaff. Salah satu dokter paling sepuh. Dihormati oleh kalangan dokter Tarim. Ia lulusan Algera University. Rumahnya tepat di depan masjid Al-Muhdhor. Yang menara masjidnya menjadi ikon kota Tarim. Dan buka praktek di rumahnya itu. Di hari biasa, jam kerjanya dari bakda Ashar hingga pukul 9 malam. Khusus Ramadhan, hanya melayani 1,5 jam saja. Pukul 21.30 sampai 23.00. Gaya rumahnya khas Hadhramaut. Bangunan bertingkat, yang notabene berbahan tanah liat. Model kuno. Tapi cukup besar dan gagah. Tepat di depan masjid Al-Muhdhor. Dengan ruangan kerja di lantai tiga. Di meja kerjanya bertumpukan buku-buku tebal kedokteran berbahasa inggris. Kanan kirinya rak buku. Penuh dengan buku. Di dindingnya ada poster diagram kedokteran. Juga dipajang poster bait qasidah 'qad kafani' karya Imam Haddad. Yang menjadi bacaan munajat masyarakat Tarim saat qiyamullail. Saat itu aku mengantar kerabatku. Santri Darul Mustofa. Ia sakit perut. Sering ter

R13: Belajar dari Dokter Tarim

Tarim, 13 Ramadhan 1440 H Tarim, kota yang dinobatkan ISIESCO sebagai pusat peradaban Islam itu tak ada habisnya memberi inspirasi. Dari sejarahnya, budayanya, pendidikan agamanya dan juga dari seluruh elemen masyarakatnya. Di tulisan sebelumnya sudah kutulis tentang inspirasi tukang bengkel di Tarim. Dan kali ini, tentang inspirasi dari kalangan dokter Tarim yang juga banyak memberi contoh teladan. Pertama dokter gigi. Bernama dr. Lutfi Bamukmin. Dokter muda lulusan Universitas Yordan. Prakteknya di klinik yang bersebelahan dengan Rumah Sakit Umum Tarim. Mungkin aku lebih dari sepuluh kali ke dokter ini. Pernah periksa gigiku sendiri. Lebih seringnya mengantarkan teman. Suatu ketika, azan magrib berkumandang, klinik itu masih ada antrian pasien. Termasuk aku. Di Tarim, saat azan lima waktu, segala kegiatan akan berhenti sementara. Toko-toko tutup. Bergegas melaksanakan salat jamaah di masjid. Apalagi waktu magrib. Tarim menjadi seperti kota mati. Semuanya tutup. Bahkan warnet dan p

R12: Ini yang Terjadi Saat Musim Dingin di Tarim

Tarim, 12 Ramadhan 1440 H Bulan Desember dan Januari. Dua bulan di Tarim dengan cuaca dinginnya. Puncak suhunya bisa mencapai 2 derajat celcius. Itu terjadi biasanya di akhir Desember dan awal Januari. Suhu di angka itu meski sangat dingin, tapi tidak menurunkan salju. Karena jelas, iklim di Tarim ini adalah iklim kering. Persentase kelembapannya sangat minim. Jika panas maka panas yang kering. Jika dingin maka dingin yang kering pula. Dingin Tarim yang mencapai 2 derajat itu tidak seperti dinginnya pegunungan hijau di Indonesia. Seperti Batu Malang, Bogor, atau Dieng Wonosobo Jawa Tengah. Di sana dinginnya lembap, sejuk dan segar. Hingga suhu kisaran 10 derajat saja sudah terasa hawa dinginnya. Berbeda halnya kota Tarim, yang iklimnya kering. Meski sangat dingin dan hampir mencapai titik beku nol derajat, tapi dinginnya tidak begitu sejuk, juga kurang terasa segar. Dengan dingin yang lumayan ekstrem itu, di hampir semua kamar mandi di Tarim ini disediakan water heater (pemanas air)

R11: Musim Panas Kota Tarim yang Unik

Tarim, 11 Ramadhan 1440 H Tarim, salah satu kota di provinsi Hadhramaut, Yaman. Disebut juga Wadi (lembah) Hadhramaut. Lembah yang dikelilingi tebing batu. Di Tarim, menengok sekeliling penuh 360 derajat, yang kau lihat adalah tebing batu cokelat. Yang cadas, tinggi, dan gagah. Pemandangannya terlihat kering kerontang. Meski sebetulnya, kota kecil di sebuah lembah ini pasokan airnya cukup melimpah. Saat musim panas, kota ini suhunya 40 derajat, bisa juga 44 derajat di puncaknya. Bandingkan dengan panasnya Surabaya, kota kelahiranku, pernah terjadi suhu 37 derajat, dan itu membuatnya ramai diberitakan ke-ongkep-annya. Tapi di sini tidak ada ongkep ataupun sumuk. Tak ada gerah. Iklimnya kering. Tidak berkeringat sama sekali. Itu karena persentase kelembapan di Tarim hanya belasan persen, sedangkan Surabaya mencapai 70%. Atau ambil contoh kota yang masih satu provinsi dengan Tarim, seperti Mukalla, kelembapannya masih di atas 60%. Semakin tinggi kadar kelembapan suatu daerah, semakin m

Habib Cina: Kamu Cina?

Gambar
Habib Salim bin Umar Al-Kaff. Salah seorang habib sepuh Tarim dari marga Al-Kaff. Istiqamah salat tarawih di masjid Baharmi. Aku yang menjadi tukang gahwah di sana, setiap hari bertemu. Beliau asli Tarim, tapi neneknya orang Cina. Di wajah beliau, ada paduan antara Hadhramaut dengan hidung mancungnya, dan Cina dengan kulit putih kemerah-merahannya. Beliau masuk masjid. Seperti biasa dengan jalan yang sedikit terbata-bata, sambil melepas alas kakinya. Dari jauh, beliau melihatku, memberi aba-aba yang artinya 'kesini'. Aku menghampirinya. Tiba-tiba beliau bertanya: "kamu Cina?" "Bukan, Habib, asli Indonesia", jawabku. "Ayahmu Cina?" "Bukan bib" "Ibumu Cina?" "Bukan juga bib." "Atau kau masih punya darah cina?" "Bukan bib, asli Indonesia". Beliau tersenyum, lalu berjalan ke arah shaf terdepan. Salat tarawih berjamaah seperti biasa. Usai taraweh, aku salaman, mengecup tangannya. Lagi-lagi bil