Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Kholliny Janbak, Biarkan Aku di Sampingmu

Malam ini aku duduk di atap asrama. Orang sini menyebutnya: sutuh sakan. Aku duduk menghadap kiblat. Di bagian paling ujung. Saking ujungnya, hingga kakiku yang kuselonjorkan mungkin bisa terlihat dari bawah. Posisiku di ujung sebelah kanan, tapi di samping kananku masih ada longgar sekira satu lencang tangan. Aku di sana melamun sendirian. Di tengah kegelapan. Menatap langit tanpa batas. Juga tebing-tebing kokoh dan pemandangan kota Tarim, di tengah malam yang penuh bintang gemintang. Di sela-sela melamun itu, aku sempatkan membuka kitab pdf dan Maktabah Islamiyah melalui HPku. Dengan memakai layar split. Setengah layar atas untuk maktabah, setengah layar bawah untuk baca kitab pdf. Itu memang rutinitas santaiku sekaligus mencari bahan dan referensi untuk tugas thesis magisterku. Musik tenang dan syahdu tidak lupa kusetel. Dengan volume rendah. Kunikmati satu lagu klasik yang amat panjang dan cukup fenomenal. Dilantunkan oleh sang maestro Mesir pada zamannya; Ummu Kultsum. Menjadik

Marah Dengan Bijak Ketika Nabi Dihina

Besar-kecilnya rasa cemburu sebanding lurus dengan besar-kecilnya rasa cinta kepada kekasih hati. Begitu pula marah. Rasa marah ketika sang kekasih disakiti atau dihina, sebanding lurus dengan seberapa dalam cinta yang terpatri dalam hati, kepada kekasihnya itu. Manusia secara tabiatnya mencintai kebaikan dan keindahan. Baginda Nabi Muhammad Saw memiliki dua-duanya secara sempurna. Laku perangainya sempurna. Keindahan paras dan ketampanannya juga sempurna. Dialah manusia paling sempurna. Mencintai Rasulullah adalah hal fitrah dan naluri bagi mereka yang telah mengenalnya. Seorang muslim yang mencapai derajat keimanan sejati, seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi, adalah dia yang mencintai Rasulullah melebihi cinta pada orang tua kandungnya, bahkan melebihi cinta pada dirinya sendiri. Cinta ini tidak perlu dipaksakan. Mereka yang mengenal betul sosok Nabi, otomatis ia akan mencintai Nabi melebihi cinta pada siapapun dan apapun. Dari kecintaan itulah tumbuh perasaan ghirah. Yakni

Mana yang Benar, Ziarah Akbar, Kubra atau Qubro?

Beberapa waktu lalu, muncul di timeline Instagram-ku sebuah postingan pamflet. Isinya: undangan terbuka gabungan beberapa majelis taklim untuk menziarahi salah satu makam ulama terkemuka di daerahnya. Pamflet itu bertuliskan: Ziarah Qubro, dengan desain kata "Qubro" yang cukup besar dan mencolok. Aku pun iseng menangkap layar postingan tersebut. Lalu ku-posting di status WhatsApp dengan memotong gambarnya hingga terfokuskan pada kalimat "Ziarah Qubro". Aku beri caption: زيارة قبرى ، بمعنى: زيارة قبر تدفن فيه اللغة العربية؟ "Ziarah Qubro, dengan arti: ziarah kuburan tempat bahasa Arab dikuburkan?" Caption-ku ini singkat dan sederhana. Tapi bagi yang paham maksudnya, ia akan merasakan bahwa ini adalah caption yang berisi sindiran yang cukup menohok. Oleh karena menohok itu, muncullah beberap komentar dari kawan-kawanku. Ada yang tertawa. Ada juga yang tidak setuju. Bahkan postingan WA-ku ini sempat dibagikan ke grup dan menjadi bahan perbincangan di san

Enam Tips Kuat Hafalan dari Abuya Baharun

Selalu ada yang menarik tiap mengikuti kajian Sohih Bukhori bersama Abuya Baharun, sapaan akrab Prof. Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun, rektor Universitas Al-Ahgaff Yaman. Kajian Sohih Bukhori itu jadwal rutinannya tiap hari Selasa. Mulai bakda magrib hingga pukul 21.30-an. Bertempat di masjid Baharun, distrik Ambaikho kota Mukalla, tepat di samping rumah Abuya. Selasa tadi malam (29/9), di sesi pertanyaan bebas, salah satu dari kami bertanya pada Abuya. "Apa amalan agar kuat hafalan dan cepat paham dalam belajar?" Abuya menjawab: Pertama: tidur. Tidur, jawaban Abuya dengan cepat. Sontak kami tertawa. Kami mengira Abuya bercanda. Karena pribadi beliau memang asyik dan suka bercanda di tengah-tengah ngajinya. "Jangan kaget, jangan heran", kata beliau. "Tidur malam itu sangat penting sekali, untuk menjernihkan pikiran, juga membersihkan bekas-bekas tak berguna yang ada di otak kita". Abuya pun melanjutkan penjelasannya. Termasuk dari perspektif ilm

Hampa

100 tahun yang lalu bagaimana wujudku, aku tak tahu. Yang jelas belum ada. Bahkan ayah-ibuku pun belum ada. Belum ada. Dan belum ada. Kalimat "belum ada" itu semakin banyak kuulang-ulangi semakin pula membuatku linglung. Sebetulnya apa hakikat hidup ini? Mengapa ada hidup dan ada mati, yang jauh sebelum keduanya hanyalah ketiadaan, kosong dan sepi? Aku memandang cermin. Melihat diriku di seberang sana. Lantas bertanya-tanya, siapa gerangan kau yang di sana? Apakah itu kau wahai diriku? Apakah itu wajahmu, postur tubuhmu, dan mengapa kau bisa kugerakkan sesuai kemauanku? Wahai diriku, mengapa tubuh ini selalu butuh udara keluar-masuk? Mengapa dada sebelah kiri-tengah selalu ada detak berdegup? Lagi-lagi aku menggerak-gerakkan tubuhku. Kepalaku, tanganku, jari-jariku, pinggulku, dan juga kakiku. Mengapa aku bisa terperangkap dalam kerangka ini? Mengapa aku tak bisa lepas dari ragamu? Kau ini apa, dan kau ini siapa? Sampai kapan kau selalu menyelimutiku? Apa kau tunggu sampai

Alasan Mengapa Tarim Dijuluki Al-Ghonna

Tarim, kota mungil di daratan provinsi Hadhramaut, Yaman Selatan. Tidak ada habis-habisnya membicarakan keistimewaannya. Dari sejarah ribuan tahun lalu, ratusan, puluhan tahun yang lalu, hingga sekarang. Puncaknya pada tahun 2010, ISIESCO, sebuah lembaga kebudayaan internasional memberikan penghargaan pada Tarim sebagai kota pusat peradaban Islam. Dahulu, pada zaman pasca wafatnya Rasulullah Saw, terjadi gencar-gencarnya sebagian umat Islam menolak untuk mengeluarkan zakat. Sayyidina Abubakar Assiddiq sebagai khalifah saat itu pun mengutus pasukannya ke berbagai wilayah, untuk memastikan kabar yang tengah beredar. Di berbagai wilayah tersebut secara nyata memang banyak yang enggan mengeluarkan zakat. Termasuk di antaranya wilayah Yaman. Masyakarat Tarim pun pada mulanya disangka bagian dari kelompok yang enggan itu. Namun saat utusan Khalifah mengecek langsung keadaan, yang terjadi adalah sebaliknya. Masyarakat Tarim masih taat dan konsisten pada syariat. Mendengar kabar baik itu, Sa

Pengaruh Alquran dan Qiraat Terhadap Kaidah Ilmu Nahwu

Adalah Alquran, satu-satunya kitab suci yang memiliki kualitas makna dan sastra yang tak tertandingi, dengan keautentikannya yang asli dan abadi. Alquran diwahyukan memakai bahasa Arab yang indah, fasih, benar dan baku. Oleh karenanya, ia menjadi sumber pertama dan utama dalam pembentukkan kaidah-kaidah linguistik bahasa Arab, atau yang dikenal dengan ilmu Nahwu. Alquran dituliskan dalam mushaf dengan penulisan huruf yang seragam, namun bisa dibaca dengan versi yang beragam. Oleh karenanya, pada zaman Sayyidina Utsman ra., Alquran ditulis dengan model penulisan khusus yang disebut rasm utsmani . Dengan rasm ini, Alquran dapat dibaca dengan versi beragam, tanpa ada perbedaan huruf dan kalimat secara global. Versi bacaan Alquran tersebut saat ini dikenal dengan istilah Qiraat. Yakni cara baca Alquran dengan versi tertentu yang diajarkan langsung oleh Nabi, lalu diriwayatkan secara mutawatir oleh para Sahabat, Tabiin dan ulama setelahnya, kemudian dikenal sebagai bacaan salah seorang Ima

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Salah satu keistimewaan Bahasa Arab selain jumlah kosakatanya yang mencapai jutaan dan umurnya lebih dari seribu tahun, adalah terjaganya bahasa Arab dalam segi cara pelafalan huruf-hurufnya. Kaidah yang mengatur itu --disebut juga: makharij dan sifat huruf- telah dibukukan sejak awal abad hijriyah. Sehingga pelafalan bahasa Arab yang baku saat ini sama persis dengan pelafalannya pada zaman Rasulullah, bahkan pada era sebelumnya. Oleh karenanya, orang yang membaca Alquran, hadits, kitab atau percakapan bahasa Arab, jika pelafalannya benar dan sesuai kaidah, maka tidak ada bedanya antara mana suara orang Arab dan mana non-Arab. Orang Asia Tenggara, orang Afrika, ataupun orang Barat, jika cara membaca Alquran mereka benar sesuai aturan tajwid yang ada, maka suara mereka akan terdengar persis seperti orang Arab fasih. Tidak kentara status mereka yang non Arab. Berbeda dengan bahasa-bahasa lain selain bahasa Arab. Nyaris tidak ada aturan pelafalan huruf seketat bahasa Arab. Ambil contoh

Salat Tasbih Tanpa Baca Tasbih Ibarat Mie Ayam Tanpa Ayam

Satu di antara salat sunnah yang sangat dianjurkan Rasulullah adalah salat tasbih. Dalam haditsnya, Nabi telah menjelaskan keutamaan salat ini. Di antaranya adalah pelakunya akan Allah ampuni dosa-dosanya, semenjak awal hingga akhir, baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja, baik dosa tertutupi maupun terlihat, baik dosa kecil maupun besar. Rasulullah juga menganjurkan salat tasbih ini agar dilaksanakan setiap hari. Jika tidak bisa, maka setiap hari Jumat. Kalau tidak bisa, maka sebulan sekali. Masih tidak bisa, setahun sekali. Jika masih saja tidak bisa, maka setidak-tidaknya seumur hidup pernah melakukannya meski hanya sekali. Begitu besar fadhilahnya. Hingga seakan-akan jangan sampai ada seorang muslim yang tak pernah melakukan salat tasbih ini sepanjang hidupnya. Apa itu salat tasbih, dan bagaimana caranya? Tata cara salat tasbih secara garis besar sama seperti cara pelaksanaan salat fardhu 5 waktu atau salat sunah pada umumnya. Jumlahnya 4 rakaat. Jika dilakukan pada sia

Agustusan di Yaman, Bukti Nasionalisme Santri Garuda

300 tahun lebih negeri kita dijajah. Oleh negara-negara Barat. Dan oleh Jepang beberapa tahun di masa akhir penjajahan. Mereka kaum penjajah mengaku berpendidikan tinggi dan berperadaban maju. Tapi naifnya, yang ia gaungkan sebagai ilmu dan peradaban, justru melegalkan penjajahan, merampas kekayaan alam yang bukan miliknya, menindas tuan rumah dan melecehkan perikemanusiaan. Manusia oleh mereka dibagi berkasta-kasta. Dalam pemberlakuan hukum, juga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Bangsa Eropa (kaum penjajah) sebagai kasta tertinggi. Disusul bangsa Indo (blesteran Eropa-pribumi). Lalu kasta terbawah: kaum pribumi. Sepanjang ratusan tahun itulah, para pendahulu kita --sebagai kaum pribumi- berjuang mati-matian. Jihad bertumpah darah memerangi segala bentuk penjajahan. Melawan segala macam penindasan. Demi tanah air tercinta. Tak peduli anak-anak menjadi yatim karena kematiannya. Tak peduli pula istri menjadi janda. Yang terpenting adalah mereka, atau setidaknya anak-cucunya, harus

Menengok Sistem Perbankan Syariah di Yaman

Kata Bank diambil dari bahasa Italia 'banco', yang berarti bangku atau meja panjang. Hal itu karena pada abad pertengahan dulu, para bankir melakukan transaksi mereka dengan duduk di hadapan meja panjang di tempat-tempat khalayak umum. Awalnya hanya kios-kios sederhana, lalu berkembang menjadi institusi besar terstruktur seperti bank-bank yang dikenal saat ini. Bermula hanya sekedar jasa penitipan dan penukaran uang, kegiatan bank berkembang ke bidang investasi, hingga jasa peminjaman uang dengan bunga dan jaminan tertentu. Dalam praktek transaksi yang dilakukan bank-bank tersebut, banyak di antaranya yang menyalahi hukum syariat Islam. Seperti pemungutan bunga pinjaman, yang dalam Islam dikategorikan sebagai riba, cara jalannya transkasi yang menyalahi hukum muamalah syar'iyah, juga pergerakan investasi bank yang menggeluti bidang bisnis benda haram atau yang tidak sejalan dengan prinsip dasar ajaran Islam. Dan kegiatan perbankan itu pun terus menggurita dengan pesat dan

"Pulang Bawa Ilmu, Bukan Budaya"

Mencari ilmu merupakan tugas yang harus diemban oleh setiap manusia. Tanpa ilmu -juga adab, manusia tak ada bedanya dengan binatang. Islam begitu memotivasi umat manusia agar terus belajar dan menuntut ilmu. Tidak hanya memotivasi, Islam bahkan mewajibkannya. Baik wajib individual (fardlu ain) seperti: ilmu agama dengan kadar yang bisa membenarkan aqidah, mengesahkan ibadah, dan yang membersihkan hati. Ada juga yang wajib kolektif (fardlu kifayah), seperti ilmu kedokteran, ekonomi, arsitektur dsb yang mana profesi dalam bidang ilmu tersebut harus ada dalam satu masyarakat, agar mampu mandiri tanpa bergantungan total pada bangsa lain. Dan jika dalam satu masyrakat tidak ada profesi itu sama sekali, maka semua penduduknya akan berdosa. Demi mendapatkan ilmu-ilmu yang wajib tersebut (baik fardlu ain maupun fardlu kifayah), seseorang diharuskan untuk mencari dan mempelajarinya meskipun itu harus bepergian ke luar kampungnya. Atau ke luar kota. Atau bahkan ke luar negeri. Rasulullah Saw be

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Sanad dalam literatur Islam mempunyai arti: jalan menuju sumber informasi. Berisi runtutan nama-nama orang yang telah mengabarkan info. Dari orang terakhir hingga seorang yang menjadi sumber beritanya. Sanad juga bisa diartikan sebagai transmisi keilmuan. Yakni hubungan erat dan runtut antara guru dan murid dalam suatu bidang keilmuan, dari urutan terakhir, melalui gurunya, lalu guru gurunya, terus bersinambung hingga sumber utamanya: Rasulullah Saw, Sahabat atau Tabiin dalam hadits, atau penulis kitab dalam bidang keilmuan tertentu. Sanad inilah satu dari banyaknya keistimewaan Islam yang tak dimiliki oleh agama lain, dan tak ditemukan dalam peradaban manapun. Dalam Islam, setiap keilmuan memiliki jalan transmisi dari satu guru ke gurunya, runtut secara urut dan sinambung dari zaman ke zaman. Mulai dari riwayat Alquran beserta qiraat sab'ah dan asyroh-nya, ratusan ribu riwayat hadits, keilmuan fiqih, nahwu dan masih banyak lagi. Berbeda dengan agama lain. Ia tak memiliki keistim