Maafkan Aku, Nabi Hud
"Maafkan aku, Nabi Hud, maafkan aku", secuil kalimat yang paling sering kuulang-ulangi tiap kali berziarah di makam Nabi Hud As. Kutatap kuburan sepanjang belasan meter itu, kudekati, kusentuh, kukecup, sesekali sambil menunduk malu, terus kuulang-ulangi lagi permintaan maafku itu. Ziarah Akbar tahunan Nabi Hud memang momen luar biasa dan dahsyat. Acara besar masyarakat Hadhramaut yang amat dinanti-nantikan. Ratusan ribu peziarah datang berombongan. Dengan konvoi unta berhias, rombongan bis, ataupun mobil biasa. Berangkat bersama masing-masing klan atau fam yang menaungi keluarga mereka. Baik dari kalangan Sayyid-Habaib, kalangan marga Masyayikh, maupun fam qabilah. Aku yakin, Rasulullah tersenyum melihat momen ini. Momen dimana ratusan para ulama pewaris ilmu dan perjuangannya, ribuan cucu yang mengalir darahnya di nadi mereka, ribuan santri, ratusan ribu umat pencintanya, berkumpul, berzikir, bermunajat, berselawat dengan penuh kerinduan kepadanya, dan juga kepada Nabi Hud ...