Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Ada kisah menarik dari sejarah Nabi Ibrahim As. Ketika Nabi Ibrahim hendak dibakar oleh Raja Namrud yang dzalim, orang-orang beserta binatang berbondong-bondong ingin menonton kejadian itu secara langsung. Peristiwa ini sungguh dahsyat dan telah dipersiapkan sejak lama. Satu bulan lamanya Namrud dan masyarakatnya mengumpulkan kayu bakar. Menyiapkannya lalu menyalakannya, dan menjadi bara api terbesar dalam sejarah, yang tak bisa padam sampai tujuh hari lamanya.

Katak yang mendengar kabar akan dibakarnya Nabi Ibrahim itu, lantas berlari menuju sungai. Hingga sampai di tepi sungai, ia julurkan lidahnya, ia jilat air sedikit demi sedikit lalu menyimpannya di mulutnya. Kembali ke lokasi eksekusi, katak mendekat ke tempat bara api yang menyala. Dengan serius, ia ludahkan air sungai simpanannya itu ke arah bara api. Cipratan air itu terpancar dari mulutnya, yang kemudian mengering di udara terkena panasnya hawa.

Dikatakan pada katak itu, "wahai katak, apa yang kau lakukan?".

Katak menjawab, "aku akan memadamkan api itu".

"Mana mungkin percikan air sekecil itu bisa memadamkan bara api yang super besar, belum sampai titik sudah menguap".

"Hanya ini usaha yang aku mampu", jawab katak dengan tegas.

Melihat itu Allah tersenyum, bangga dan mengapresiasi usaha katak. Oleh Allah, lantas disyariatkan dalam agama-Nya larangan membunuh katak. Rasulullah Saw bersabda: "janganlah kalian bunuh katak, sebab suara katak adalah tasbih" (HR. Baihaqi).

Di saat yang bersamaan, tampak cicak di barisan binatang-binatang yang juga menonton peristiwa besar itu. Cicak itu memonyongkan mulutnya, sambil meniup-niup ke arah titik api.

Dikatakan pada cicak tersebut, "wahai cicak, apa yang kau lakukan?".

Cicak menjawab, "aku ingin meniup bara api itu, agar bisa membara lebih besar lagi".

"Mana mungkin tiupan mungil itu bisa membuat bara api lebih besar, getaran anginnya saja nggak mungkin sampai ke titik api".

"Hanya ini usaha yang aku mampu", cicak menjawab dengan wajah sumringah. "Setidaknya ini adalah bentuk kegembiraanku atas derita Ibrahim".

Maka Allah pun murka pada cicak tersebut, lantas mensyariatkan dalam ajaran agama-Nya untuk membunuh cicak. Rasulullah Saw bersabda: "barang siapa yang membunuh cicak dengan sekali pukulan, maka baginya pahala 100 kebaikan. Dan jika ia membunuhnya dengan dua pukulan, maka baginya pahala sekian kebaikan, di bawah level pahala sekali pukulan". (HR. Muslim).

[Meski dalam hadits lain, dan dijelaskan oleh para ulama, alasan diperintahnya membunuh cicak adalah karena cicak binatang kotor dan membawa banyak penyakit, dan dalam dunia medis pun terbukti cicak mengandung bakteri Salmonella yang menjadi penyebab diare dan gangguan sistem pencernaan].

Dari kisah ini dapat diambil pelajaran, bahwa niat dan effort adalah hal yang paling dipandang oleh Allah Swt, meskipun dampak darinya relatif kecil. Dalam hadits, Nabi Saw bersabda: "niat seorang mukmin lebih baik dibanding amalnya" (HR. Thabrani). Dalam riwayat lain, "niat seorang mukmin lebih dahsyat dari perbuatannya" (HR. Baihaqi). Artinya, meski dampak dari perbuatannya relatif kecil bahkan mungkin tidak berdampak sama sekali, jika niatnya agung, maka Allah akan memandang dari segi niatan tersebut.

Niat katak untuk membela Nabi Ibrahim amat agung. Effort-nya memang tak berdampak meski sudah ia usahakan secara maksimal. Namun Allah bangga dan mengapresiasi usaha katak tersebut, dan menganggapnya sebagai deklarasi dukungan kepada Nabi Ibrahim As.

Berbeda 180 derajat dengan katak, cicak justru berniat sebaliknya. Ia ingin menampakkan kegembiraannya terhadap hukuman Nabi Ibrahim, dan menghardiknya dengan usaha meniup bara api, meski jelas tak ada dampaknya pula. Allah melihat niat buruk itu, dan murka, bahwa cicak telah congkak mendeklarasikan diri sebagai pendukung Namrud dalam menyiksa Nabi Ibrahim As.

Niat dan effort adalah deklarasi sikap, antara mendukung barisan kebenaran, atau mendukung barisan kedzaliman. Sekecil apapun effort itu. Maka ketika kita dihadapkan dengan suatu peristiwa yang sarat kedzaliman, niat dan effort kita lah yang akan menjadi penentunya.

Seluruh dunia sekarang telah menyaksikan, bahwa Zi0nis Isrewel adalah bangsa paling biad*b pada zaman ini. Penjajahan terhadap Palestina, penjarahan, pengusiran, perampokan, pemerkosaan, penistaan, penyiksaan, pembunuhan, pembantaian, bahkan genosida yang membabi buta, tampak nyata di depan mata. Tinggal bagaimana niat dan effort kita sebagai manusia dan sebagai muslim untuk penentu ada di barisan mana kita berdiri.

Boikot produk Isrewel dan beralih pada produk lokal adalah satu effort. Penting sekali gerakan ekonomi melemahkan produk yang disinyalir memiliki hubungan dengan Isrewel dan negara-negara pendukungnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Seribu atau dua ribu rupiah memang tampak sepele, tapi ketika disertai niat agung membela Palestina, dan berusaha untuk melemahkan Isrewel secara ekonomi, maka Allah tak akan menyia-nyiakan usaha itu.

Bayangkan, jika satu miliar umat Islam kompak memboikot produk Isrewel dan dedengkotnya, maka seribu-dua ribu rupiah dari mereka yang sepele setiap harinya itu akan mengurangi ribuan kilogram bom yang akan dijatuhkan oleh komunitas biad*b itu. Bagaimana jika hal serupa dilakukan oleh 7 miliar umat manusia lainnya atas nama kemanusiaan? Dan bagaimana jika perorangnya bisa memboikot dengan nilai ratusan ribu rupiah?

Sebaliknya, siapapun yang mendukung kebiadaban Isrewel dan sekutunya, meski hanya dengan satu ketikan di media sosialnya, atau stiker, atau like-share konten pro penjajahan, atau nyinyir terhadap perjuangan Palestina, maka Allah pun maha kuasa dan entah apa hukuman yang Allah kehendaki untuknya.

Rasulullah Saw bersabda: "barang siapa yang turut membantu atas pembunuhan satu orang muslim walaupun hanya dengan setengah kata, maka ia akan menghadap Allah Swt tertulis di jidatnya 'telah terputus dari rahmat Allah'." (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)

Dan dikatakan bahwa; andai ada pembunuhan di ujung timur dunia, lalu ada orang di ujung barat dunia ridha atas pembunuhan itu, maka ia dianggap bagian dari komplotan pembunuh itu.

Dengan demikian, niat mendukung keadilan, dan effort sekecil apapun itu untuk membantu korban dan melawan kedzaliman, adalah deklarasi sikap dan penentu di barisan mana kita berada. Kedzaliman dan kebiadaban terpampang di depan kita. Jika melawannya dengan kekuasaan tidak mampu, maka gunakan lisan dan media sosialmu, jika masih tidak mampu, setidaknya pastikan ada rasa resah di hatimu. Sebab ridha atas kebiadaban Zi0nis Isrewel adalah bentuk penistaan terhadap asas manusiawi, dan penistaan pula terhadap akal sehat kita.

Mas Azro Chalim, Lc., MA.
Surabaya, 30 Mei 2024

**
Referensi:
1. Fawaid al-Mukhtarah, Hb Zein bin Sumaith, Sy Ali Baharun.
2. Silsilah al-Qasas, Al-Munajjid
3. Tafsir Ayat al-Ahkam, Ali as-Sayis
4. Kitab-kitab hadits tertera.

Komentar

  1. Mantap ee, makasih mas ganteng

    BalasHapus
  2. Masyaa Allah 🔥

    BalasHapus
  3. Terima kasih ustadz atas pencerahannya

    BalasHapus
  4. Syukron Katsir ustadz 🙏🏻

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah... ringan tapi mantap

    BalasHapus
  6. Masya Allah, jelas dan penuh rincian serta alunan makna yg dalam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru