Selamat Jalan, Ami Jat!

Kemarin malam (1/4) tak kusangka dapat kabar duka, pamanku, Ami Darojat, berpulang ke rahmat Allah. Sungguh kabar yang amat menyedihkan bagiku. Beliau bagiku adalah seorang paman yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri. Ia hidup membujang, tanpa istri dan tak punya anak. Anak-anaknya adalah kami para keponakannya. Sejak ayahku wafat 10 tahun silam, pamanku ini seolah menggantikan posisi ayahku, selalu mengantarkan kemana pun kami ingin pergi.

Ayahku wafat di saat aku masih kelas satu SMP, yaitu ketika baru satu tahun aku nyantri di pesantren. Mulai saat itulah, paman biasa mengantarku ke Jepara tempat aku nyantri, atau sekedar ke terminal untuk selanjutnya aku naik bis tujuan Jepara. Terus berlanjut hingga aku berangkat ke Yaman bulan Agustus lalu, itulah momen terakhir Beliau mengantarku sampai bandara Juanda Surabaya. Demikian pula pada kedua kakakku dan adikku yang ketiganya juga seorang santri. Maka demi Allah kami bersaksi; bahwa perjuangan kami menuntut ilmu tidaklah lepas dari jasa dan sumbangsih pamanku Ami Darojat.

Ada banyak hal yang membuatku takjub dari sosok pamanku ini. Salah satunya adalah lisannya yang tak pernah kering dari berdzikir. Hari-harinya penuh dengan wiridan meski sedang berada di tengah-tengah obrolan dengan orang lain. Sering sekali aku diajak bepergian ke Sidoarjo hanya sekedar mencari makan nasi kebuli atau lontong kikil, dan selama perjalanan itu, baik nyetir mobil ataupun kendara motor, lisannya selalu berdzikir dan wiridan. Dan pernah Beliau menanyaiku; "azro, kau tahu berapa kali aku baca yasin selama perjalanan ini? Tujuh kali!", ujarnya.

Aku juga pernah lihat dengan mata kepalaku sendiri, di saat musim Kurban, pengurus masjid kami mendatangkan beberapa sapi. Kebetulan saat itu ada seekor sapi yang hendak diturunkan dari mobil pick up. Sapi ini ternyata giras dan galak. Satu, dua, tiga dan empat orang berhasil diseruduknya. Keempat orang itu jatuh, terkapar kesakitan. Lalu tiba-tiba almarhum pamanku ini memegang itu sapi, kemudian membacakan wirid entah apa dan meniupkannya di kuping sapi tersebut, seketika sapi itu menjadi tenang dan ikut berjalan mengikuti pamanku sampai ke tempat sapi-sapi kurban dikumpulkan.

Ada lagi, cerita saat mancing di sebuah tambak. Di saat kawan-kawan pamanku memilih mancing di daerah air yang dalam dan banyak ikan, pamanku justru memilih mancing di tepi tambak yang dangkal dan cetek. Beberapa kawannya menertawakannya. Memang mancing di air cetek adalah hal yang aneh dan kecil kemungkinan untuk memperoleh ikan. Namun ajaibnya, hanya dengan mencelupkan tangannya di air tersebut dan mengibas-ngibaskannya sambil membaca wirid, ikan-ikan pada berdatangan dengan sendirinya. Lalu dengan mudahnya, ikan-ikan itu ditangkap pamanku dengan tangannya.

Selama hidupnya, pamanku ini juga berkhidmat sebagai Nadhir Masjid di samping rumahku, sebuah masjid yang konon berdiri sejak tahun 1702 M, lebih dari 300 tahun usianya. Semoga amal baik perjuangan Beliau diterima Allah dan juga menjadi saksi kebaikannya selama hidup di dunia. Dan kami yakin, selama keluarga dan para keponakannya berdzikir dan beribadah, maka insya Allah Beliau pun juga mendapatkan bagian pahalanya.

Dalam tafsir Ar-Razi disebutkan; bahwa Allah malu menyiksa seorang hamba di perut bumi, sedangkan anak-anaknya selalu menyebut nama-Nya di muka bumi. Maka wahai pamanku, aku dan semua keponakanmu bersaksi bahwa kau adalah orang baik. Kami telah menganggapmu sebagai ayah yang mengayomi dan kami adalah anak-anakmu. Jika kami berdzikir dan beribadah, kami yakin, Allah "sungkan" untuk menyiksamu dalam kubur.

Wahai Allah wahai Tuhanku, sungguh aku mencintainya karenaMu. Aku tak rela jika malaikat Munkar dan Nakir memperlakukannya dengan cara kasar. Demi Allah aku tak rela. Maka dengan berkah amal baiknya dan amal baik kami Ya Allah, lindungi dia, jaga dia, berikan tampat yang nyaman di alam kuburnya. Hingga kami berkumpul di surgaMu kelak bersama Rasulullah, keluarga, kerabat, kawan dan semua yang mengamini doa ini. Aamien. Alfatihah.

Azro,
Tarim, 2 April 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Sanad Tertinggi di Muka Bumi