Persetan dengan Gengsi!
Gengsi. Harga diri. Kehormatan. Martabat. Kau sebut apa, terserah, aku tak peduli. Omong kosong. Semua manusia sama saja. Sama-sama berasal dari setetes mani yang muncrat dari alat kencing, dan berakhir menjadi bangkai santapan cacing.
Gila hormat lebih buruk dibanding gila dalam arti yang sesungguhnya. Kau tahu kenapa? Orang gila tak digores tinta dosa di lembar catatannya, sedang orang gilahormat sudah tak tahu diri, masih saja ingin lebih. Dan entah apa yang membuatnya tak punya malu pada Tuhan pemberi rizki.
Kawan. Jika ada orang menunduk hormat padamu, ikutlah menunduk, minimal tundukkan pandangan. Jangan malah kau injak lehernya. Menunduk tidak berarti rendah. Busungkan dada bukan pula berarti tinggi.
Ia menghormatimu, bukan karena kau terhormat. Ia merendah di hadapanmu bukan berarti ia lebih rendah darimu. Ia justru lebih terhormat karena menghormat. Ia lebih tinggi karena rendah hati.
Hargai mereka yang merendah. Ia berhasil merendah setelah berjuang penuh melenyapkan sifat gengsi. Itu butuh proses. Lama dan berat. Apalagi jika ia terlahir dari kasta menengah ke atas.
Ia selalu camkan dalam dirinya: ia adalah manusia terhina dan terendah. Tak peduli siapa yang menghina, tak peduli siapa yang merendahkannya. Ia anggap pantas saja. Meski sejatinya, penghina pasti lebih hina, perendah pasti lebih rendah.
Tiap kali ada masalah, ia posisikan dirinya sebagai pihak yang bersalah, meski seringkali ia tahu persis dirinya tak bersalah. Ringan berterima kasih, ringan pula meminta kata maaf. Hidup tak dibuatnya berbelit. Simpel tak perlu dipersulit. Kalau bisa merangkul kenapa harus melilit.
Jika ada rasa enggan melakukan sesuatu, maka ia perhatikan betul alasannya. Karena malas, ataukah gengsi. Jika itu sebab gengsi, maka ia paksakan. Karena melawan gengsi baginya jauh lebih menantang, dan tentu lebih berat dibanding sekedar melawan rasa malas.
Maka Kawan, sudah saatnya kita banyak belajar. Pada mereka yang berhasil mem-bodohamat-kan gengsinya. Ia memilih hidup bebas. Tanpa omong kosong. Tanpa sibuk jaga image, gengsi maupun --katanya: harga diri. Ia berhasil hidup merdeka. Dengan hidup dalam artian yang sebenarnya.
Azro,
Tarim, 19 April 2018
Komentar
Posting Komentar