Khowatir 10 Dalam Kenangan
Sebelum kita masuk ke curahan hati yang amat mendalam ini hehe *lebay :D tak kasih tau dulu seputar apa itu "Khowatir". Bisa dikatakan, Khowatir ini acara televisi yang sangat bergengsi. Apalagi untuk kalangan akademis. Acara yang digagas dan dibawai langsung oleh Ahmad As-Syugaeri ini merupakan acara televisi yang berisi kajian-kajian dan observasi ilmiah yang amat inovatif dan inspiratif. Tak tanggung-tanggung, negara apapun dan sejauh manapun akan dikunjungi sebagai bahan pembanding observasi kajian di negara-negara Arab. Mulai dari benua Asia seperti Jepang, Malaysia, sampai ke benua Amerika.
Aku sendiri baru mengenal acara ilmiah ini saat kuliah memasuki tahun kedua di Al-Ahgaff, tepatnya saat perkuliahan dan asramaku pindah ke kota Tarim. Karena acara ini memakai bahasa arab kontemporer, kebanyakan pelajar-mahasiswa non arab yang masih pemula belum bisa memahami 100% pembahasan di tiap sesi acara ini. Kalau ia bisa faham, aku jamin 99% pasti dia kagum dan takjub dengan kualitas acara ini.
Acara Khowatir ini tayang dalam 11 seri. Tiap satu seri ada sekitar 29-30 episode. Dan yang paling kusukai adalah Khowatir seri ke 10 yang berisi hampir 30 episode. Seri yang satu ini -menurutku- seri yang paling banyak kunjungan observasi keliling dunianya. Mulai dari negara sekitar Arab, sampai negara-negara di luar benua Asia.
Nah, hal yang puaaling mengesankan dari seri ini ya lagu OSTnya. Karena terbukti, sebuah lagu memang bisa membawa pendengarnya melayang-layang dalam bayangan. Bisa mengingatkan fenomena dan kenangan syahdu yang terjadi di sekitar tempat dimana kita sering memutar lagu itu.
Demikian juga dengan lagu OST Khowatir seri 10 ini. Lagu yang disajikan di tiap akhir episode ini juga membuat baper (bawa perasaan) khususnya buat diriku pribadi. Saat itu, di manapun aku berada secara reflek aku nyanyikan lagu itu sambil menikmati syahdunya kota Tarim. Kota kecil yang penuh dengan ketenangan rohani.
Teringat saat-saat rutinitasku di waktu senja di kota Tarim. Tebing-tebing batu yang menjulang tinggi di sekitar asrama mencetak sinar matahari menjadi cahaya yang amat mempesona, ditambah dengan pemandangan langit biru luas membentang tanpa awan. Di saat yang indah itulah kunikmati dengan rutinitasku sebagai santri tahfidz. Sambil berjalan kaki, mulutku berkomat-kamit melalar hafalan yang akan kusetorkan di masjid Ubadah, sekitar 200 meter dari asramaku. Itu rutinitasku tiap sore kalau tidak ada jadwal masuk kuliah.
Ah, indahnyaa..
Perjalanan mengendarai motor menuju pengajian-pengajian pun juga seringkali ku nikmati dengan menyanyikan lagu ini. Liriknya yang penuh motivasi itu terasa langsung masuk ke dalam hati. Nyaman, nikmat dan berasa sampai ke perasaan.
Dan sekarang, saat badan ini sudah benar-benar jauh dari kota Tarim, jiwa ini tidak. Ia masih merasa dekat dengan kota yang selalu menentramkannya itu. Giliran pas lagi dengerin lagu ini, tiba-tiba hati ini serasa ditusuk-tusuk tugu pahlawan haha *lebay, pengen menjerit sekencang-kencangnya. Tak kuat menahan rindu dan mengenang masa-masa indah nan syahdu di kota ilmu dan ulama.
Dr. Al-Habib Muhammad bin Abdul Qadir Al-Aydrus, salah satu Dosen yang sudah kami anggap seperti ayah sendiri pernah berkata, "kota Tarim telah mengajarkan kalian apa yang tidak kalian dapatkan dari kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul atau bahkan dari kalam ustadz-ustadz kalian".
Gresik, Februari 2016
Komentar
Posting Komentar