Kota Shibam, Kota dengan Arsitektur Gedung Paling Ajaib di Dunia

Rihlah Hadramaut ied Adha 2016
[Bagian 2]

Melanjutkan tulisan reportase rihlah sebelumnya, kali ini saya akan mengulas lebih detail lagi tentang salah satu kota destinasi rihlah Hadramaut hari Rabu pekan lalu (14/9), yakni kota Shibam. Kota ini terletak di jalur utama yang menghubungkan beberapa kota di provinsi Hadramaut, dari kota Tarim, Seiyun, Mukalla, sampai ke arah Sana'a, Ibukota Yaman.

Saat melewati jalanan kota ini, di kanan-kiri jalur yang kita lewati terlihat tatanan kota bernuansa kuno semi modern yang menakjubkan. Puluhan gedung yang tingginya sampai 8 lantai, bahkan ada juga yang sampai belasan lantai, tertata rapi dan rapat dengan jarak yang sangat berdekatan. Dan yang paling ajaib adalah gedung-gedung pencakar langit tersebut ternyata arsitektur bangunannya hanya berbahan tanah liat yang dikeringkan saja. Sungguh luar biasa. Meski begitu, bangunan tersebut terbukti mampu bertahan kuat dan kokoh sejak berabad-abad lamanya.

Tentu saja, model arsitektur warisan nenek moyang masyarakat Shibam itu jelas menyalahi aturan arsitektur bangunan pencakar langit secara umumnya. Arsitektur setinggi itu harusnya menggunakan bahan konstruksi modern seperti semen, batu dan kerangka baja. Di Indonesia? Jangankan gedung belasan lantai, rumah kecil yang tak bertingkat pun harus menggunakan pondasi cakar ayam, bahan baku semen, kerangka besi dan tetekbengek lainnya.

Metode masyarakat Shibam yang sukses membangun gedung tinggi dengan arsitektur luar biasa itu salah satunya adalah dengan cara memperbesar dan mempertebal bagian dinding. Karena di samping memperkokoh bangunan, dinding yang besar dan tebal juga bisa menjadikan ruangan terasa hangat saat musim dingin, dan terasa adem saat musim panas.

Taktik mempertebal dinding tersebut tidak hanya ada di kota Shibam saja, di kota-kota lain di provinsi Hadramaut pun juga banyak kita temukan. Bedanya, masyarakat Shibam lebih memilih meninggikan bangunan gedungnya daripada mendirikan bangunan baru di tanah lain. Di kota Tarim misalnya, masih banyak bangunan kuno yang murni berbahan tanah liat. Bahkan kota Tarim yang dinobatkan oleh UNESCO sebagai ibu kota peradaban islam (the capital of islamic culture 2010) ini juga mempunyai menara masjid yang tercatat sebagai menara tertinggi di dunia yang hanya berbahan tanah liat. Yaitu menara masjid Al-Muhdhor yang menjadi simbol kebanggaan kota Tarim.

Tampak sekilas, dinding bagian luar gedung-gedung ini kebanyakan masih berupa tanah liat yang cokelat. Memang sengaja tidak mereka cat, tapi bukan berarti interior gedung tersebut masih kuno dan terkesan miskin. Pengalaman saya pribadi berkali-kali masuk rumah orang Hadramaut yang sekilas terlihat biasa saja, namun tak disangka, ternyata di dalamnya penuh dengan aksesoris interior kelas menengah ke atas. Mungkin hal itu disebabkan rasa fakher (baca: kebanggaan) masyarakat Hadramaut tidak terletak pada tampilan eksterior rumah mereka belaka.

Dan sayangnya, rombongan rihlah kami kali ini tidak sempat berhenti untuk sekedar berfoto ria di tengah kota. Karena saat itu waktu senja hampir mau habis dan terpaksa kami langsung bergegas menuju destinasi maqbarah di ujung kota. Tapi 'ala kulli hal, dapat kesempatan melihat keajaiban arsitektur kota ini langsung dengan mata kepala saja saya rasa sudah sangat istimewa sekali, hitung-hitung jadi pengalaman indah pernah berkunjung di kota yang disebut-sebut sebagai kota pencakar langit tertua di dunia ini.

M Agus Azro Chalim, Santri Semester 7 Fakultas Syariah dan Hukum Univ. Al-Ahgaff Tarim Yaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai