Kala Mata Kebahagiaan Telah Melirikmu

Ngaji Balaghah, Sirah Nabi dan Ilmu Sharaf :)

وإذا العِنايةُ لاحَظَتك عيونُها * نَم فالمَخاوِف كلُّهنّ أمانُ

"Kala mata-mata perlindungan telah melirikmu * maka tidurlah, segala hal yang kau khawatirkan akan selalu aman"

*Lafadz العناية dalam sebuah riwayat lain disebutkan dengan lafadz السعادة (kebahagiaan). Dengan memakai redaksi ini arti bait tersebut menjadi "kala mata-mata 'kebahagiaan' telah melirikmu * maka tidurlah, segala hal yang kau khawatirkan akan selalu aman".

Dalam kitab ilmu Balaghah karya dosen kami Sayyid Abdullah Husein Al-Aydrus, bait syair ini disajikan dalam contoh keindahan sastra yang menggunakan majaz istiarah. Istiarah disini disebut Istiarah Makniyah. Yakni sebuah gaya istiarah yang di dalam baitnya tidak disebutkan musyabbah bih-nya, namun hanya disebutkan kalimat yang lazim dengannya saja. Lebih jelasnya, makna perlindungan atau kebahagiaan di bait tersebut diibaratkan dengan sosok wanita, namun oleh sang penyair tidak disebutkan sosok wanita itu secara langsung, melainkan hanya lirikan matanya saja.

Syair ini juga mengisyaratkan kisah teladan yang penuh inspirasi. Yakni kisah di saat Rasulullah Saw akan melakukan hijrah dari Makkah ke tanah Madinah. Saat itu rumah Beliau dikepung oleh sepuluh kafir Quraisy yang hendak membunuhnya. Mereka berjaga-jaga di sekeliling rumah Rasulullah. Dan setiap orangnya telah siap dengan pedang tajam yang telah diolesi racun mematikan.

Namun oleh Allah mata orang-orang kafir tersebut ditutup hingga mereka tertidur pulas. Rasulullah pun keluar rumah dengan tenang dan santai. Bahkan kata Habib Umar bin Hafidz tadi malam (Kamis 5/1), Rasulullah sempat menaburkan debu di atas kepala sepuluh orang kafir tadi. Itu menandakan keagungan dan kemuliaan perjuangan di jalan Allah, serta kerendahan dan kehinaan para kafir yang mencoba menghalang-halangi dakwah Nabi.

Sayyidina Ali yang saat itu masih muda belia dengan mantap bersedia menggantikan posisi tidurnya di ranjang Rasulullah Saw. Hal tersebut ia lakukan agar para kafir Quraisy yang berada di sekeliling rumah itu menyangka bahwa Rasulullah masih berada di dalam rumah dan masih tidur di atas ranjangnya. Sayyidina Ali tentu tahu persis resiko yang akan ia alami nanti ketika ketahuan menyamar menjadi Muhammad, dan kemungkinan besar justru dirinya-lah yang terancam menjadi sasaran pembunuhan mereka kali itu.

Namun dengan kemantapan iman, kekuatan cinta dan kesetiaannya kepada Rasulullah, Sayyidina Ali siap menanggung akibatnya. Keyakinan yang amat kuat bahwa ketika perlindungan Allah Swt telah menjadi sebuah jaminan, maka apapun konsekuensinya, betapa pun besar bahaya resikonya, maka hal itu semua tak akan terjadi tanpa izin dari-Nya. Allah-lah yang akan langsung melindunginya tanpa ada kekhawatiran sama sekali.

Itulah bukti sebuah cinta sejati. Cinta yang tak hanya diobral dengan gombalan kalam sang pujangga. Cinta yang membuat seseorang rela melakukan apapun demi kekasihnya. Apapun itu, meski nyawa sebagai taruhannya. Karena tidaklah sempurna iman kita sampai Rasulullah Saw menjadi orang nomor satu yang kita cintai, melebihi cinta kita pada diri sendiri, pada orang tua dan juga anak kandung kita.

Sedangkan dalam ilmu sharaf, bait ini juga bisa dijadikan dalil bahwa lafadz نام ينام bentuk fiil amarnya adalah lafadz "Nam" dengan memakai harakat fathah. Bukan "Nim" ataupun "Num", meskipun bentuk madhinya saat tertempel dhamir mutaharrik adalah "Nim-tu" dengan nun kasrah. Karena lafadz Nama-Yanamu adalah lafadz yang masuk dalam bab alima-ya'lamu.

Wallahu a'lam.

Sekian.
Dan terakhir, cuma ngingetin buat kawan-kawan Ahgaff-19th, kalau besok pas ujian Balaghah kita disuguhkan soal bait seperti di atas, ingat, bait ini adalah contoh yang masuk dalam bab istiarah makniah. Istiarah makniyah loh ya, bukan yang lain. Itu saja. Semoga beruntung. Hehe..

Tarim, persiapan UAS Balaghah,
Jumat, 6 Januari 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Sanad Tertinggi di Muka Bumi