Musim Dingin Kota Tarim dan Listrik Statis


Kota Tarim adalah kota kecil yang terletak di provinsi Hadhramaut, Yaman. Di kota yang pada tahun 2010 dinobatkan oleh ISIESCO sebagai kota Pusat Peradaban Islam ini ada lebih dari 1000 pelajar Indonesia yang menimba ilmu. Wilayah ini hanya mempunyai dua musim, yakni panas dan dingin. Musim dingin masuk pada akhir bulan Oktober dan puncaknya berada pada kisaran akhir Desember dan sepanjang Januari.

Di saat puncak musim dingin tiba, suhu pagi hari di kota ini bisa mencapai 2 derajat Celcius. Namun cuaca dinginnya berbeda dengan kebanyakan wilayah. Iklim udara musim dingin di kota ini terbilang cukup kering, tidak lembap dan sesejuk daerah pegunungan di Indonesia. Udara dingin ini bisa membuat kulit kita kering terutama bagian telapak kaki dan bibir pecah-pecah.

Di daerah dengan persentase kelembapan yang amat minim itu kerap terjadi sengatan listrik statis. Artinya, kita akan sering merasakan kesetrum tiap kali memegang apapun yang berbahan logam. Itu terjadi karena dalam tubuh kita ini mengandung muatan listrik statis yang dihasilkan dari gerakan dan gesekan tubuh. Makin banyak gesekannya semakin kuat pula muatan listrik statisnya.

Orang yang kerap merasakan kesetrum listrik ini adalah mereka yang biasa memakai sweater di atas kaos dan baju resmi. Iya, di musim dingin seperti ini kami biasa memakai pakaian rangkap tiga. Sweater yang berbahan wol dan katun tersebut dapat lebih cepat mengumpulkan muatan listrik statis yang ada pada tubuh kita.

Bahkan sering kali, ketika terbangun di tengah malam dan lampu kamar dimatikan, hanya sekedar untuk mengatur posisi selimut saja, gerakan kita bisa menimbulkan suara percikan listrik yang terlihat cukup terang, apalagi selimut tersebut berbahan wol.

Dalam komik Detektif Conan yang pernah kubaca juga pernah dimuat tema yang amat menarik; pembunuhan dengan listrik statis. Peristiwa itu terjadi pada musim dingin di wilayah yang beriklim kering. Pelaku sengaja menumpahkan bensin di garasi mobil korban. Lalu uap bensin mengudara dan membuat seluruh ruangan garasi menjadi pengap. Sejurus kemudian pelaku meminta agar korban memakai jaket berbahan wol dan mengendarai mobil kuno miliknya.

Dengan iklim udara yang kering dan persentase kelembaban yang amat minim itu, tubuh calon korban mengumpulkan daya muatan listrik statis yang cukup kuat yang terkumpul sebab jaket berbahan wol yang ia kenakan. Lalu ia parkir mobil di garasi. Di saat ia mengunci pintu mobil kuno itu, terjadilah gesekan antara kunci dan lubang besinya yang menimbulkan percikan listrik dan memicu api. Percikan api dalam ruangan yang pengap bensin itu seketika menyambar dan menimbulkan ledakan kuat. Walhasil, korban pun tewas dengan taktik pembunuhan yang begitu ilmiah.

Nah, agar kita terhindar dari kesetrum listrik tersebut, seperti dalam artikel-artikel yang kubaca, sebelum menyentuh benda berbahan logam alangkah baiknya kita menyentuh dinding terlebih dahulu, agar muatan listrik yang ada pada tubuh kita terlebih dahulu tersalurkan ke dinding itu.

Dan sekarang Pebruari telah tiba. Lambat laun puncak musim dingin mulai berlalu, menyisakan hawa dingin yang akan lenyap di penghujung Maret. Di awal April nanti, masyarakat Tarim menyiapkan AC untuk menyambut datangnya musim panas yang suhu puncaknya bisa lebih dari 40 derajat Celcius.

Penulis : Azro Rizmy
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Al-Ahgaff University, Tarim, Yaman.
Dimuat di koran Surya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Sanad Tertinggi di Muka Bumi