R27: Pribadi Ahli Tarim yang Ramah dan Santun

Tarim, 27 Ramadhan 1440 H

أتاكم أهل اليمن هم ألين قلوبا وأرق أفئدة ، الايمان يمان (والفقه يمان) والحكمة يمانية

"Telah datang kepada kalian penduduk Yaman. Mereka orang paling lemah lembut hatinya, paling ramah perasaannya. Iman adalah Yaman (fiqih adalah Yaman) dan hikmah adalah Yaman".

Hadits Rasulullah di atas cukup mewakili. Bahwa bangsa Yaman adalah bangsa yang santun dan ramah. Mudah menerima Islam. Dan gampang menguatkan iman mereka. Sejak dulu, hingga sekarang. Seperti tokoh teladan Islam, Sayyidina Uwais Al-Qarni dan Imam Abu Muslim Al-Khaulani.

Di kalangan negeri-negeri Arab, Yaman termasuk bangsa yang lembut. Dan di Yaman sendiri, menurut pengamatanku, yang paling ramah adalah masyarakat Hadhramaut. Di kalangan Hadhramaut sendiri, yang paling ramah dan santun adalah ahli Tarim.

Itu mudah terlihat dari bagaimana keseharian masyarakat Tarim. Hubungan antara orang tua dan anak. Sesama teman. Atau saling tak mengenal sekalipun. Sikap laku mereka sopan. Cara bicaranya santun. Berbincang dengan mereka terasa menyenangkan.

Aku banyak berteman dengan orang asli Tarim. Kawan-kawanku sesama santri Al-Ahgaff. Keseharian mereka menakjubkan. Belajarnya. Ibadahnya. Dzikirnya. Dan cara mereka berinteraksi dengan teman-temannya.

Tampak sekali tiap kali ada rapat teman angkatan di kampus. Biasanya yang hadir adalah para perwakilan dari berbagai negara. Indonesia, Thailand, Somalia, Tanzania, Yaman Utara, Hadhramaut, dan orang asli Tarim. Aku amati bagaimana cara mereka berdiskusi. Orang asli Tarim kerap mendengarkan dan memperhatikan jalannya diskusi. Saat bicara, mereka awali dengan minta maaf dan berterima kasih. Mengapresiasi antusias teman-teman. Kalau ada cekcok di tengah musyawarah, teman asli Tarim lah yang menjadi penengahnya.

Soal keramahan, masyarakat Tarim adalah sang juara. Kepada siapa pun. Orang asli atau asing. Saling kenal atau tidak. Mereka amalkan dawuh Nabi:

لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا ولا تؤمنوا حتى تحابوا أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم أفشوا السلام بينكم (رواه مسلم)

"Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman. Tidaklah sempurna iman kalian sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian kuberitahu sesuatu, yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam di antara kalian".

Budaya afsyussalam (sebar dan tebar salam) di kalangan masyarakat Tarim. Salam lisan. Salam perbuatan. Hidup sebentar saja di sini, kau akan saksikan bagaimana mereka menjadi teladan dalam implementasi hadits ini.

Jika bertemu dengan jarak dekat, jabat tangan. Kalau jarak jauh, angkat telapak  tangan, mengangguk, lalu menaruh tangan ke dada. Dibarengi dengan senyuman lebar yang ramah. Menyapa semua yang dijumpai. Kenal ataupun tidak.

Duduk di bangku warung atau rumah makan misalnya, orang yang baru datang akan mengucapkan salam. Jabat tangan pada orang di sekitarnya. Tanya kabar, basa basi dengan gaya akrab dan supel. Atau di bangku terminal, atau saat duduk di kursi panjang antrian Rumah Sakit, orang yang baru datang akan mengucapkan salam, jabat tangan dengan dua atau tiga orang di samping kanan-kirinya. Basa basi tanya kabar.

"Assalamu alaikum. Kaifal hal, kullu syei tamam? Allah yubarik fik". Menjadi pembuka wajib di setial obrolan, atau sekedar basa-basi dengan sikap keramahan. Artinya: "salam teruntukmu, bagaimana kabar, semuanya baik-baik saja kan? Semoga Allah selalu memberkatimu".

Tapi ada yang lebih menakjubkan. Yang mungkin tak kan ditemukan di selain Tarim ini. Saking ramahnya warga kota ini, sampai-sampai saat kita mengendarai motor di jalanan, dengan kecepatan lambat, berpapasan dengan orang berkendara lain di lawan jalur, tidak saling kenal, sama-sama kecepatan pelan, ia menoleh ke arah kita, menebar senyum dan menganggukkan kepala. Itu tidak saling kenal. Bagaimana jika saling mengenal.

Atau hanya satu jalur. Kita mengendari motor dengan lambat. Lalu ada mobil menyalip dengan kecepatan yang tidak terlalu gesit. Sopir atau penumpang sebelah jendela akan menengok ke arah kita, menyapa, mengangkat telapak tangan, mengangguk sambil tebar senyuman. Sungguh. Itu terjadi tidak di negeri fiksi. Ini nyata. Di kota Tarim Al-Ghanna!

Oleh karenanya, banyak sekali orang-orang luar Tarim yang amat terkesima dengan keramahan penduduk kota ini. Terlebih orang-orang Barat (baik Eropa maupun Amerika) yang takjubnya bukan main. Di negara mereka, orang-orangnya cuek. Tak peduli dengan orang sekitar. Tak saling mengenal ya buat apa saling menyapa. Tak saling mengenal buat apa jabat salam, tanya kabar, senyum lebar, atau basa-basi sambil bercanda? Sudah gila apa?

Tapi tidak untuk Tarim. Ahli Tarim terkenal santun dan ramah. Dengan keramahan mengagumkan yang sulit ditemukan di selainnya. Sungguh betul apa dawuh Nabi. Penduduk Yaman (terkhususnya Ahli Tarim) adalah manusia-manusia berhati lembut, sopan santun, dan juara dalam hal keramahan.

Azro Rizmy,
Tarim, Sabtu, 1 Juni 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru