R17: Nuzulul Quran, Dzikra Badar dan Khataman Darul Mustofa

Tarim, 17 Ramadhan 1440 H

Kemarin Darul Mustofa ada acara besar. Khatmul Quran. Dua juz yang dibaca Habib Umar setiap tarawih itu akhirnya khatam juga. Memang sudah menjadi jadwal rutin. Tiap malam 17 Ramadhan DM punya hajatan 'khotem'. Bertepatan dengan momen Nuzulul Quran. Ada takjil dan buka bersama. Lalu tarawihnya diimami kakanda Habib Umar sekaligus pimpinan mufti Tarim, Habib Ali Masyhur bin Hafidz.

Acara diawali dengan takjil bersama. Di musolla Darul Mustofa, hingga membeludak di pelatarannya. Ramai sekali. Dari santri, ulama, sampai masyarakat umum Tarim. Ribuan yang hadir. Duduk memanjang saling berhadapan. Menghadap hidangan. Dengan menu air es, kurma, dan kue terang bulan. Yang aku yakin itu hasil tangan santri Indonesia.

Usai takjil, langsung salat Magrib berjamaah di tempat. Setelah itu masih ada salat jamaah lagi. Salat Tasbih empat rakaat. Diimami langsung Habib Umar bin Hafidz. Salat tasbih ini memang sudah menjadi budaya masyarakat Tarim.

Di salat itu, kita membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Subhanallah wal hamdulillah wa laailahaillallah wa Allahuakbar. Sebanyak 75 kali setiap rakaat. Yang dibagi pada tiap rukunnya. 15x saat berdiri. Dan 10x tiap rukun lainnya. Termasuk duduk istirahatnya. Total bacaan dalam salat tasbih 4 rakaat itu keseluruhannya menjadi 300 kali.

Baru setelah itu buka bersama. Seperti biasa hadirin membentuk kelompok 'khomsah-khomsah'. Berupa grup makan lima orang satu nampan. Menunya nasi mandih (atau entah apa namanya) dengan lauk daging kambing. Ditambah syurbah, seperti bubur yang dicampuradukkan dengan daging. Khas makanan orang Arab.

Tarawihnya dimulai pukul 9 malam. Lebih mundur seperempat jam dari jadwal harian semula. Yang biasanya dibacakan dua juz Alquran, kali ini hanya separoh juz Amma. Yang memang sengaja disisakan setengah juz 30 itu untuk acara khataman hari ini.

Usai tarawih-witir, masuk ke sesi doa bersama. Pertama baca doa khotmul Quran yang biasa dibaca ahlu Tarim. Doa karya Sayyidina Ali Zainal Abidin, cicit Rasulullah Saw. Lumayan panjang. 10 halaman. Tapi maknanya menakjubkan. Dibaca secara berurutan dan bergantian oleh para ulama yang hadir. Lalu lanjut doa birrul walidain. Doa untuk kedua orang tua. Juga panjang. Kali ini dibaca bergantian oleh anak-anak muda, juga anak-anak kecil yang duduk di depan.

17 Ramadhan ini juga bertepatan dengan banyak peristiwa besar dalam Islam. Salah satunya perang Badar. Perang pertama Rasulullah yang diikuti 313 sahabat istimewanya. Yang saking istimewanya sampai 313 orang tersebut dijamin surga dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah, baik yang telah lewat maupun yang akan datang.

Pada momen ini, dibacakan pula 'Khutbah Badar' oleh Habib Umar. Untuk memperingati hari besar itu. Juga pawai akbar usai rampungnya acara doa. Berkeliling ramai-ramai mengitari jalanan sekitar Darul Mustofa. Dipimpin para ulama yang bersemangat di barisan paling muka. Ramai dan terasa euforianya.

17 Ramadhan memang hari yang amat istimewa. Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan tanggal itu. Pada bulan Ramadhan. Saat umat Islam sedang berpuasa. Penaklukan Makkah (Fathu Makkah) oleh Rasulullah Saw. Penaklukan Andalus oleh Thariq bin Ziyad. Dan masih banyak lagi. Adalah bukti, bahwa puasa bukanlah simbol kelemahan. Puasa justru menjadi lambang kekuatan dan kemenangan umat Islam.

Azro Rizmy,
Tarim, Rabu, 22 Mei 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru