R21: Berbakti Kedua Orang Tua Ala Ahli Tarim

Tarim, 21 Ramadhan 1440 H

Ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua. Rasulullah pernah ditanyai apa amalan yang paling dicintai Allah? Rasul menjawab: salat tepat pada waktunya, berbakti pada kedua orang tua, lalu jihad di jalan Allah.

Berbakti pada kedua orang tua (birrul walidain) dalam agama ini termasuk amalan yang amat besar. Berpahala sangat besar. Yang mendatangkan keberkahan hidup di dunia, sampai di akhirat. Juga sebaliknya. Durhaka pada kedua orang tua termasuk dosa sangat besar. Oleh Allah dicabut keberkahan hidup pelakunya. Disengsarakan hidupnya di dunia. Tak diberi ketenangan dan ketentraman. Hingga disiksa pedih di neraka nanti.

Allah dalam firman-Nya tegas melarang seorang anak mengatakan 'huh' pada kedua orang tuanya, bagaimana dengan membentak, menantang, bahkan menyakitinya?

Oleh karenanya, masyarakat Tarim sangat memerhatikan soal birrul walidain ini. Berbakti kepada kedua orang tua, kakek-nenek, hingga buyut-buyut mereka. Itu terbukti dari akhlak, interaksi sehari-hari, keharmonisan, hingga lantunan doa mereka.

Ada banyak contoh tradisi masyarakat Tarim dalam hal birrul walidain ini yang bagus untuk kita teladani.

Pertama, bacaan Ratib Fatehah. Masyarakat Tarim selalu rutin membacakan surat Alfatihah seusai salat berjamaah. Di mana pun. Di masjid atau di rumah. Kapanpun. Salat berjamaah bersama orang banyak, atau hanya berdua saja. Setelah dzikir salat, pasti dibacakan Fatihah penutup. Fatihah ini pahalanya ditujukan kepada kedua orang tua dan kakek-neneknya. Orang yang mengumandangkan iqamah menjadi pemimpin doa ratib fatihah ini. Lafadznya:

الفاتحة أن الله يتقبل الصلاة والدعاء ، وإلى حضرة والدينا ووالديكم وأمواتنا وأمواتكم وأموات المسلمين أجمعين أن الله يتغشاهم بالرحمة والمغفرة ويسكنهم الجنة ، وإلى حضرة النبي ، الفاتحة..

"Alfatihah semoga Allah menerima salat dan doa ini, teruntuk orang tua kita dan ahli kubur kita dan ahli kubur umat muslim semuanya, semoga Allah melingkupi mereka dengan rahmat dan ampunan, dan menempatkan mereka di surgaNya, dengan berkah Fatihah kepada Baginda Nabi, Alfatihah.."

Kedua. Doa Azan. Ahli Tarim mempunyai amalan yang telah membudaya. Yakni menyelipkan doa kedua orang tua disambung doa azan. Doa itu dibaca 5 kali, kemudian ditutup dengan salawat Nabi dan hamdalah.

اَللّٰهُمَّ رَبَّ هٰذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ سيّدَنا مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ المَقَامَ المَحْمُوْدَ الَّذِىْ وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ يَآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ 5 x

وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين

Penyelipan doa kedua orang tua bersamaan doa azan ini betul-betul sudah membudaya. Seolah tak pernah lepas darinya. Dan menjadi sebuah satu kesatuan doa azan.

Doa birrul walidain ini oleh Ahli Tarim dibaca 5 kali usai doa azan. Hal itu karena lafadz ihsanan إحساناً (berbuat baik) kepada kedua orang tua disebutkan 5 kali dalam Alquran. Meskipun anjuran berbakti pada kedua orang tua selain memakai lafadz ihsanan pun banyak terulang-ulang dalam Alquran. Itu menunjukkan betapa penting dan perhatiannya agama ini pada urusan birrul walidain.

Mengapa doa kedua orang tua diselipkan pada doa azan? Karena doa itu akan dibaca di waktu antara azan dan iqamah. Yang dinas dalam hadits akan kemustajaban doa di waktu itu. Rasulullah bersabda:

إن الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة فادعوا

"Sesungguhnya doa tidaklah tertolak di waktu antara azan dan iqamah. Maka berdoalah"

Maka Ahli Tarim menggunakan waktu yang berkah dan mustajab itu untuk mendoakan kedua orang tua mereka. Agar ampunan dan rahmat Allah selalu dilimpahkan, hingga berkumpul kembali di surgaNya nanti.

Ketiga, doa birrul walidain. Doa karya Syekh Muhammad Abil Hibb At-Tarimy Al-Hadhramy. Ulama besar sekaligus penyair. Yang qasidah Qawafi-nya menjadi bacaaan 'wajib' di masjid-masjid Tarim di bulan Ramadhan. Doa birrul walidain karya Abil Hibb ini menjadi doa rutin yang dibacakan di acara-acara besar di Tarim. Doa lumayan panjang. Dengan makna yang amat menakjubkan. Biasanya, di acara-acara itu, doa ini dibacakan anak-anak muda, atau anak-anak kecil secara bergantian dan berurutan, dengan irama nada yang khas. Mendengarkannya, membuat hati ini semakin merindu dan mencintai sosok ayah dan ibu.

Keempat. Menjaga jalinan kedua orang tua, dan kakek-nenek moyangnya.

Di Tarim, atau Hadhramaut pada umumnya, seorang anak akan menjaga jalinan kedua orang tuanya. Atau cucu-cicit menjaga jalinan kakek-buyutnya. Dalam banyak hal. Seperti hubungan murid dan guru. Hubungan amal perjuangan. Dan masih banyak lagi.

Ambil contoh Imam Ali Al-Habsyi, pemilik Simtudduror. Beliau mempunyai guru futuh bernama Habib Abubakar bin Tholib Alattas. Maka hingga saat ini, cicit-cicit Imam Al-Habsyi masih menjaga hubungan murid-guru moyangnya itu. Dengan masih menghormati cicit-cicit Habib Abubakar Alattas sebagai anak-cucu guru kakeknya. Dengan penghormatan seolah murid kepada gurunya.

Juga Iman Abdullah Alwi Al-Haddad. Punya murid bernama Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi. Asal kota Hautoh. Biasa jalan kaki Hautoh-Tarim demi belajar dan khidmat kepada gurunya. Hingga kini, guruku, Dr. Habib Abdurrahman Toha Al-Habsyi, yang merupakan keturunan Habib Ahmad bin Zein, sekarang melanjutkan perjuangan buyutnya. Beliau mengajar kami di Al-Ahgaff Tarim, pulang-pergi dari Hautoh-Tarim yang jaraknya satu jam setengah perjalanan mobil. Dengan niat meniru perjuangan buyutnya.

Ada lagi. Kisah masjid Baharmi. Dahulu, setiap kali acara khataman bulan Ramadhan masjid Baharmi, Imam Abdullah Alwi Al-Haddad selalu menghadirinya. Hingga hubungan antara keluarga Al-Haddad dan keluarga Baharmi terjalin harmonis. Sampai sekarang, setiap acara besar di masjid Baharmi, keturunan Imam Al-Haddar selalu menghadirinya.

Itu hanya satu-dua gambaran keteladanan masyarakat Tarim berbakti pada kedua orang tua. Masih banyak lagi pemandangan-pemandangan sejuk ketika para ulama menuntun orang tua mereka yang menginjak umur senja. Menghormati dengan penuh kasih sayang. Tenang, harmonis dan tentram. Adalah lahan pahala. Yang besar dan menakjubkan. Seperti wejangan Rasulullah: sungguh merugi, sungguh merugi, orang yang menjumpai ayah-ibunya di usia senja, atau salah satunya, tapi ia tak masuk surga.

Azro Rizmy,
Tarim, Ahad, 26 Mei 2019

Komentar

  1. kalau kita gk nerima ijazah fatihah itu secara langsung.. boleh gk kak kita amalin?? ngamal tanpa ijazah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru