R14: 'Ngaji' Dokter Habib Ibrahim Al-Kaff, Sesepuh Para Dokter Tarim
Tarim, 14 Ramadhan 1440 H
Ibrahim bin Husein Al-Kaff. Salah satu dokter paling sepuh. Dihormati oleh kalangan dokter Tarim. Ia lulusan Algera University. Rumahnya tepat di depan masjid Al-Muhdhor. Yang menara masjidnya menjadi ikon kota Tarim. Dan buka praktek di rumahnya itu. Di hari biasa, jam kerjanya dari bakda Ashar hingga pukul 9 malam. Khusus Ramadhan, hanya melayani 1,5 jam saja. Pukul 21.30 sampai 23.00.
Gaya rumahnya khas Hadhramaut. Bangunan bertingkat, yang notabene berbahan tanah liat. Model kuno. Tapi cukup besar dan gagah. Tepat di depan masjid Al-Muhdhor. Dengan ruangan kerja di lantai tiga. Di meja kerjanya bertumpukan buku-buku tebal kedokteran berbahasa inggris. Kanan kirinya rak buku. Penuh dengan buku. Di dindingnya ada poster diagram kedokteran. Juga dipajang poster bait qasidah 'qad kafani' karya Imam Haddad. Yang menjadi bacaan munajat masyarakat Tarim saat qiyamullail.
Saat itu aku mengantar kerabatku. Santri Darul Mustofa. Ia sakit perut. Sering terasa nyeri tiap kali usai makan. Juga susah BAB. Sudah periksa ke banyak dokter. Jawabannya tak ada yang jelas. Coba periksa USG hasilnya semua bagian perut sehat. Tak ada masalah serius. Saat konsultasi ke dr. Ibrahim Al-Kaff ini langsung dapat jawaban. Bahwa, ini sakit imsak atau sembelit (sulit BAB). Karena kurang makan sayur-sayuran.
dr. Ibrahim sudah tahu betul penyakit-penyakit yang biasa diidap santri di Tarim. Ia sering berkunjung ke ruang sakit pondok dan memeriksa satu persatu pasien. Gratis. Keluhannya sama. Sebabnya juga sama: kurang nutrisi sayur-sayuran. Kata beliau, kelemahan dapur lembaga-lembaga pendidikan di Tarim ini ada di menu makanan. Mereka hanya fokus menyediakan makanan utama. Roti dan nasi. Lauk ayam, daging dan ikan. Itu-itu saja. Tidak ada sayurnya. Itu keliru.
Para pemuka pesantren di sini, kritik beliau, itu fokusnya sama ilmu dan dakwah saja. Ilmu lagi. Dakwah lagi. Makanan santri dikesampingkan. Ayam, daging dan ikan, menu pokok nasi dan roti, itu tidak cukup. Harus diperhatikan gizi dan nutrisinya juga. Beri sayur-sayuran. Kasihan santrinya. Mau tidak mau kalian harus mandiri mencari nutrisi kesehatannya. Aku, kata beliau, pernah mengkritik dan kasih saran. Tapi pengurusnya seperti kurang peduli pada nutrisi. Urusan fiqih aku harus dengarkan mereka. Tapi urusan kesehatan, mereka yang harusnya dengarkan saranku.
Yang awalnya hanya periksa dan konsultasi, akhirnya kami malah membuka obrolan yang cukup panjang. Berbincang dengan dr. Ibrahim tidak seperti berbincang dengan dokter biasa. Lebih ke dokter yang ulama. Dan ulama yang dokter. Maklum. Beliau lahir dari keluarga tokoh agama. Habib marga Al-Kaff. Lingkungan hidupnya nuansa agamis. Kanan-kirinya banyak para ulama. Bahkan tepat di depan rumahnya saja berdiri ikon kebanggaan kota Tarim, menara Al-Muhdhor, menara berbahan tanah liat tertinggi di dunia.
Penyakit yang diderita kerabatku adalah imsak atau sembelit (sulit BAB). Sebabnya kurang mengonsumsi sayur-sayuran. dr. Ibrahim memberinya resep obat yang berbahan utama 'Sanna'. Obat mujarab sesuai tuntunan Nabi (tibbun nabawi). Lantas beliau mengeluarkan hadits tentang keutamaan berobat dengan Sanna itu:
عَلَيْكُمْ بِالسَّنَى، وَالسَّنُّوتِ، فَإِنَّ فِيهِمَا شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا السَّامَ
Berobatlah dengan Sanna dan Sannut, karena dalam keduanya ada obat seluruh penyakit, kecuali kematian (HR: Ibn Majah, Hakim dan Abi Nuaim)
Dalam obrolan itu, beliau juga bahas pola makan yang sehat. Bukan satu-dua kali dalam sehari sekali makannya langsung kekenyangan. Bukan. Bukan juga tiga kali. Tapi yang benar adalah empat atau lima kali, seusai jadwal salat fardlu lima waktu. Penjelasannya ada di Alquran. Beliau kemudian membacakan ayat dalam Surat Al-A'raf : 31
(يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ)
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"
Lalu dr. Ibrahim memberi penafsiran pada ayat itu:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِد
Hai anak adam, bersihkan badanmu tiap kali mau salat. Rapikan pakaianmu. Pakai wangi-wangian.
ٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا
Makan dan minumlah seusai salat itu. Pagi setelah salat subuh. Siang setelah zuhur. Sore setelah Ashar. Dan malam setelah salat magrib-isya.
وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِين
Tapi jangan berlebihan. Allah tidak suka pada orang-orang berlebihan yang kelewatan batas. Silakan makan dan minum di waktu itu. Tapi jangan sampai kekenyangan. Usai subuh makanan ringan, seperti 7 buah kurma. Selain waktu itu, silakan makan, tapi jangan berlebihan. Berhenti sebelum kenyang.
Kami berdua mendengarkan penjelasan dr. Ibrahim itu seperti tidak sedang konsultasi pada seorang dokter. Malah nuansanya seperti ngaji di depan ulama Tarim. Cara beliau mengeluarkan ayat Alquran dan Hadits. Cara menjelaskannya. Dan cara menafsirkannya. Betul-betul nuansa keulamaan. Maklum. Dokter dari keluarga habaib Tarim ternama.
Seperti biasa, beliau kasih resep obat yang dituliskan di kertas resmi dokter. Ada yang unik. Di lembaran kertas resep itu yang di bagian atasnya biasa diberi kop, tapi kali ini tidak. Di bagian 'kepala surat' itu tertulis basmalah dan salawat tibbil qulub.
بِسمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيم اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ الْاَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ الْاَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم
“Ya Allah limpahkan salawat rahmat kepada junjungan kami nabi Muhammad Saw, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya, sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya dan semoga rahmat tercurah limpahkan kepada keluarga beserta para sahabatnya.”
Barangkali itu isyarat. Yang harus selalu dipahami. Bahwa seorang dokter hanyalah memberi arahan dan cara pengobatan. Untuk kesembuhannya, semuanya mutlak ada pada kehendak Allah. Berusahalah dan berdoa kepada Allah. Bertawasul juga atas nama Nabi. Agar kita sebagai hamba yang 'jauh' ini, didekatkan dan doanya dikabulkan berkat kemuliaan Nabi.
Azro Rizmy,
Tarim, Ahad, 19 Mei 2019
Komentar
Posting Komentar