R08: Sensasi Tarawih di Masjid Baalawi Tarim

Tarim, 08 Ramadhan 1440 H

Masjid Ba'alawi, salah satu masjid tua yang paling disepuhkan di Tarim. Berdiri pada awal abad keenam hijriyah. Berkisar antara 521 H - 527 H. Atau lebih dari 900 tahun yang lalu. Dibangun oleh Imam Ali berjuluk Kholi' Qasam, seorang keturunan Nabi pertama yang tinggal di Tarim, dan yang pertama dimakamkan di Zanbal. Masjid ini dibangun dengan tangannya sendiri, dibantu para khadim, dengan bahan tanah liat yang diambil langsung dari satu tempat berkah di pinggiran Tarim bernama Bait Jubair.

Nama Ba'alawi sendiri bermakna 'keturunan Alawi'. Nisbat pada Imam Alawi. Cucu Imam Ahmad bin Isa Almuhajir, zuriah Nabi pertama yang hijrah dari Iraq ke Hadhramaut. Jutaan habaib yang tersebar di dunia adalah keturunan Alawi ini. Karenanya, mereka disebut keluarga Ba'alawi, tak terkecuali Walisongo yang berdakwah di Nusantara.

Terletak di jantung Tarim. Di tengah-tengah padatnya pemukiman warga. Hanya berjarak sekitar 50 meter dari masjid Assegaff. Di antara keduanya ada Darul Faqih, tempat berkumpulnya para mufti Tarim hingga sekarang. Desain masjid ini terbilang unik. Arsitekturnya kuno dan khas bangunan Hadhramaut. Bagian tengahnya dibiarkan terbuka tanpa atap permanen, hingga jamaah di malam harinya bisa melihat langsung ke arah langit.

Di dalam masjid ini, di bagian depan sebelah kiri, ada ma'bad (tempat beribadah) imam Faqih Muqaddam, leluhur terkemuka, perintis thariqoh Al Ba'Alawi. Sampai sekarang ma'bad itu masih menjadi tempat favorit jamaah untuk mengalap berkah. Masjid ini sangat dihormati. Tak ada yang bergurau, tertawa terbahak-bahak, atau hanya berbincang perkara sia-sia. Bahkan tak ada satu pun orang yang berani selonjoran kaki di dalamnya.

Ukuran masjid tidak begitu luas. Hanya muat ratusan jamaah. Tapi berjuluk: 'masjid Qaum' yang menjadi sentral ketika acara hari-hari besar digelar. Ribuan, atau bahkan puluhan ribu jamaah hadir di setiap acaranya. Memenuhi masjid tentunya. Hingga membeludak sampai memenuhi gang-gang pemukiman warga. Bahkan speaker acara di masjid Baalawi ini disambungkan ke setidaknya tiga masjid lain di sekitarnya. Saking banyaknya jamaah.

Khusus di bulan Ramadhan, adzan Isya Masjid Ba'alawi berkumandang pukul 22.30 malam. Dan iqamah pukul 23.00 tepat. Seperti di tulisan sebelumnya, jadwal tarawih di masjid-masjid Tarim ini terbilang unik. Ada yang di awal waktu isya, ada yang tengah malam, bahkan ada yang dini hari menjelang sahur. Kapan pun kita ingin tarawih, di saat itu pula ada masjid yang menggelarnya. Azan isya di masjid-masjid itu ya ikut jadwal tarawihnya. Dan masjid Baalawi isya-tarawihnya pukul 23.00 malam, maka azan isya setengah jam sebelumnya.

Jamaah tarawih membeludak. Seperti biasa. Datang di jam 11, atau pas tepat iqamah, hampir dipastikan tidak akan dapat shaf di bagian dalam masjid. Yang akhirnya shalat di jalanan depan masjid dengan tikar-tikar yang digelar. Tapi aku justru menyukai suasana ini.

Biasa aku datang saat iqamah. Sengaja. Supaya dapat shalat di luar masjid, tepat di depan pintu utama yang terbuka. Itulah tempat favoritku. Posisinya lurus ke arah imam. Ditambah jalanan yang kini menjadi tempat shalat itu struktur tanahnya agak lebih tinggi dibanding bagian dalam masjid itu. Di posisi itu, kita bisa rasakan sensasi dua rasa. Memandang ke arah imam beserta ratusan jamaahnya, ditambah dengan nuansa alam terbuka.

Suasananya tenang, tentram dan syahdu. Beratapkan langit lepas. Anginnya berhembus sejuk sepoi-sepoi. Masih ditambah lagi kipas-kipas yang menempel di dinding luar masjid. Kipas itu tertempel permanen. Di dinding luar masjid yang langsung menghadap jalanan.

Shalatnya ringan. Terbilang lumayan cepat untuk ukuran tarawih di masjid lain. Imamnya masih muda. Seorang habib dari marga Alhamid Baalawi yang turun temurun memegang khidmat masjid. Di 20 rakaat itu, sang imam membaca surat-surat pendek dari juz Amma. Secara berurutan. Mulai dari surat Al-Lail sampai surat Al-Ikhlas, tanpa surat Al-Alaq. Seusai tarawih-witir, seperti biasa, dilantunkan qasidah-qasidah yang menjadi rutinitas masjid Tarim. Setengah jam lebih. Dengan suguhan segelas gohwah (kopi hijau) dan air es putih.

Azro Rizmy,
Tarim, Senin, 13 Mei 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai