R10: Tarawih Ngebut Ala Masjid Sulton Tarim

Tarim, 10 Ramadhan 1440 H

Masjid Sulton. Sebuah masjid kecil. Tidak jauh dari komplek makam Furait yang berhadapan dengan makam Zanbal. Rutenya cukup mudah. Dari jalan utama Furait-Zanbal, tinggal masuk ke jalan arah utara, sekitar 100 meter sampai. Struktur bangunannya khas masjid-masjid Tarim. Bahan utamanya tanah liat. Dinding tebal dan tiang berukuran besar.

Di bulan Ramadhan, jadwal azan isya di masjid-masjid Tarim berubah drastis. Ada yang di tengah malam. Bahkan ada yang dini hari. Tergantung jam berapa tarawihnya. Tapi tidak untuk masjid Sulton ini. Azan isyanya tetap seperti biasa. Tepat di awal waktu. Sekitar pukul 19.20-an waktu Yaman.

Sedikit sekali ada masjid yang sudah azan isya tepat di awal waktu seperti itu. Meskipun sudah masuk waktunya. Di saat itu, suasana Tarim sedang sepi-sepinya. Jalanan masih kosong. Toko-toko masih tutup. Masyarakatnya masih sibuk berbuka puasa bersama keluarga.

Masjid ini terkenal dengan tarawihnya yang ngebut. Super cepat. Jika dihitung durasi tarawih-witirnya hanya 20 menit. Kuamati betul dengan jam tanganku: mulai pukul 19.32 sampai 19.50-an. Itu dengan rakaat tarawih full 20 rakaat ditambah witir 3 rakaat.

Di tiap rakaatnya membaca surat-surat Juz Amma. Mulai surat Ad-Duha di tarawih pertama rakaat pertama, lalu surat setelahnya di rakaat setelahnya. Berurutan sampai terakhir surat An-Nas. Sekali lagi, itu semua hanya 20 menit. Termasuk bacaan shalawat, taraddhi dan doa yang ada di sela-sela antar shalatnya. Cepat sekali.

Tapi bacaan imam masjid Sulton ini cukup bagus. Jelas dan fasih. Sepertinya sang imam sengaja memperjelas bacaannya. Agar makmum yakin kesahan salatnya. Aku sendiri takjub. Ia termasuk orang hebat. Membaca Al-Fatihah, dan surat-surat Ad-Duha dan setelahnya itu, dengan sangat cepat dan cukup jelas. Cepat sekali. Seperti lisannya sudah sangat terlatih membaca super kencang sedemikian rupa.

Sang imam juga bisa menjaga tumakninah di setiap rukun salatnya. Begitu pula makmumnya. Tumakninah paling lama ada di rukuk rakaat pertama. Sepertinya ia juga sengaja. Untuk memastikan para makmun mendapati rukuknya, yang menjadi penentu terhitungnya rakaat pertama.

Suasana ini cukup kontras dengan masjid terdekatnya, masjid Baharmi, yang berjarak hanya beberapa meter saja. Masjid Baharmi tarawihnya santai. Imamnya guruku yang ahli qiraat. Bacaannya tartil dan tidak terlalu cepat. Setelah rampung tarawih di Sulton, masjid Baharmi baru memulai salat isyanya.

Jamaah di masjid Sulton musti penuh. Ramai peminat. Namun biasanya, orang-orang yang berjamaah di sini akan menambah salat tarawih lagi di masjid lain. Tak terkecuali imamnya. Ia biasa shalat lagi di masjid yang jadwal tarawihnya di tengah malam, atau dini hari. Seperti masjid Baalawi di jam 11 malam. Atau masjid Muhdhor jam setengah satu dini hari.

Meskipun super cepat, tarawih masjid Sulton tentu tidak bisa disamakan dengan salah satu masjid di Blitar Jawa Timur yang sempat viral dengan tarawih kebutnya. Jelas tidak sama. Di masjid Blitar masih dipermasalahkan seputar bacaan dan tumakninahnya. Sedang di masjid Sulton ini, meskipun ngebut, tapi bacaannya jelas, dan tumakninah imam serta makmumnya pun bisa didapat.

Azro Rizmy,
Tarim, Rabu, 15 Mei 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru