R12: Ini yang Terjadi Saat Musim Dingin di Tarim

Tarim, 12 Ramadhan 1440 H

Bulan Desember dan Januari. Dua bulan di Tarim dengan cuaca dinginnya. Puncak suhunya bisa mencapai 2 derajat celcius. Itu terjadi biasanya di akhir Desember dan awal Januari. Suhu di angka itu meski sangat dingin, tapi tidak menurunkan salju. Karena jelas, iklim di Tarim ini adalah iklim kering. Persentase kelembapannya sangat minim. Jika panas maka panas yang kering. Jika dingin maka dingin yang kering pula.

Dingin Tarim yang mencapai 2 derajat itu tidak seperti dinginnya pegunungan hijau di Indonesia. Seperti Batu Malang, Bogor, atau Dieng Wonosobo Jawa Tengah. Di sana dinginnya lembap, sejuk dan segar. Hingga suhu kisaran 10 derajat saja sudah terasa hawa dinginnya. Berbeda halnya kota Tarim, yang iklimnya kering. Meski sangat dingin dan hampir mencapai titik beku nol derajat, tapi dinginnya tidak begitu sejuk, juga kurang terasa segar.

Dengan dingin yang lumayan ekstrem itu, di hampir semua kamar mandi di Tarim ini disediakan water heater (pemanas air). Ada dua kran. Kran sebelah kanan air biasa, kran sebelah kiri air panas. Ada tanda warnanya. Hijau untuk air biasa. Merah untuk air panas. Dua kran itu dipakai secara bersamaan. Agar di bak nanti terisi air yang kadar kehangatannya sesuai selera.

Tapi tidak di asramaku. Di kamar mandi asramaku dua kran itu tidak ada tanda pembeda warnanya. Semua penghuni sudah tahu. Itu kadang bahaya. Dulu pernah ada kawanku baru datang dari Indonesia, belum tahu fungsi adanya dua kran air. Ia buang air kecil. Keliru memakai kran. Keluar kamar mandi mukanya merah. Dia bilang "airnya panas". Kami pun iba. Kasihan. Tapi kemudian tertawa.

Banyak hal terjadi saat musim dingin tiba. Iklim dingin yang kering itu menyebabkan kulit ikut mengering. Harus diberi pelembap semacam lotion. Bisa berupa sejenis vaseline, atau minyak zaitun. Jika tidak, kulit akan kering, membentuk lipatan. Kemudian pecah-pecah, dan kalau masih saja dibiarkan bisa terbuka lebar hingga menjadi luka dan keluar darah. Perih sekali saat terkena air. Terutama pada bagian bibir dan telapak kaki. Jika itu bibir maka makan-minum pun tidak leluasa. Jika itu telapak kaki bisa mengganggu cara berjalan.

Yang lebih unik lagi adalah munculnya fenomena listrik statis. Di musim dingin yang kering, di daerah dengan persentase kelembapan yang amat minim itu, kerap terjadi sengatan listrik statis. Artinya, kita akan sering merasakan kesetrum tiap kali memegang barang apapun yang berbahan logam. Seperti besi ranjang, rak buku, atau sendok dan peralatan dapur berbahan logam lainnya. Sekali lagi, itu terjadi hanya di daerah beriklim kering. Tak kan kau jumpai di daerah dengan persentase kelembapan yang tinggi seperti Indonesia.

Sengatan listrik atau kesetrum itu terjadi karena dalam tubuh kita ini mengandung muatan listrik statis, yang dihasilkan dari gerakan dan gesekan tubuh. Makin banyak gesekannya, semakin kuat pula muatan listrik statisnya. Orang yang kerap merasakan kesetrum listrik ini adalah mereka yang biasa memakai sweater di atas kaos dan baju resmi. Iya, di musim dingin kami memang biasa memakai pakaian rangkap tiga.

Sweater yang berbahan wol dan katun tersebut dapat lebih cepat mengumpulkan muatan listrik statis yang ada pada tubuh kita. Bahkan sering kali, ketika terbangun di tengah malam dan lampu kamar dimatikan, hanya sekedar untuk mengatur posisi selimut saja, gerakan kita bisa menimbulkan suara percikan listrik yang terlihat cukup terang, apalagi selimut tersebut berbahan wol.

Dalam komik Detektif Conan yang pernah kubaca juga pernah dimuat tema yang amat menarik; pembunuhan dengan listrik statis. Peristiwa itu terjadi pada musim dingin di wilayah yang beriklim kering. Pelaku sengaja menumpahkan bensin di garasi mobil korban. Lalu uap bensin mengudara dan membuat seluruh ruangan garasi menjadi pengap. Sejurus kemudian pelaku meminta agar korban memakai jaket berbahan wol dan mengendarai mobil kuno miliknya.

Dengan iklim udara yang kering dan persentase kelembapan yang amat minim itu, tubuh calon korban mengumpulkan daya muatan listrik statis yang cukup kuat yang terkumpul sebab jaket berbahan wol yang ia kenakan. Lalu ia parkir mobil di garasi. Di saat ia mengunci pintu mobil kuno itu, terjadilah gesekan antara kunci dan lubang besinya yang menimbulkan percikan listrik dan memicu api. Percikan api dalam ruangan yang pengap bensin itu seketika menyambar dan menimbulkan ledakan kuat. Alhasil, korban pun tewas dengan taktik pembunuhan yang begitu ilmiah.

Nah, agar kita terhindar dari kesetrum listrik tersebut, seperti dalam artikel-artikel yang kubaca, sebelum menyentuh benda berbahan logam alangkah baiknya kita menyentuh dinding terlebih dahulu, agar muatan listrik yang ada pada tubuh kita terlebih dahulu tersalurkan ke dinding itu. Sehingga tubuh kita terbebas atau terminimalisir muatan listriknya, dan tak lagi tersengat saat menyentuh barang berbahan logam.

Di Tarim ini juga ada hal unik lain. Ketika cuaca dingin itu memuncak, orang-orang sini lebih mengutamakan menutupi telinganya. Dibelebat sorban, atau dipasangkan penutup telinga. Berbeda dengan orang Indonesia. Yang lebih mementingkan memakai sarung tangan dan kaos kaki. Orang Tarim, di saat suhu ekstrem itu, meski hanya memakai kaos dan sarung saja, selama telinganya sudah tertutupi, mengendarai motor di pagi hari pun ia merasa santai dan seolah seluruh tubuh sudah nyaman hanya dengan kostum ini. Sepertinya, menghangatkan dua daun telinga bagi mereka di musim dingin ini sudah cukup mewakili.

Azro Rizmy
Tarim, Jumat, 17 Mei 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru