R23: Tradisi Khataman Masjid Tarim di Bulan Ramadan

Tarim, 23 Ramadhan 1440 H

Ramadan bulan diturunkannya Alquran. Umat Islam di manapun berada akan meningkatkan amalan baca Alquran mereka. Apalagi masyarakat Tarim. Di Tarim, tadarus Alquran memang selalu ada di selain bulan Ramadan. Dua kali dalam sehari. Setelah magrib dan akhir malam menjelang subuh. Namun di bulan Ramadhan tadarus itu ditingkatkan lebih giat lagi.

Acara khataman Alquran di masjid-masjid Tarim, melalui tadarus itu, memang biasa dihelat. Tentu berkali-kali dalam satu bulan. Namun khusus di bulan Ramadan, khataman Alquran atau orang sini menyebutnya: khotem ini digelarkan dengan konsep acara yang meriah. Tapi hanya sekali saja acara itu. Untuk masing-masing masjid. Acara puncak khatam. Sesuai jadwal gilirannya. Yang dimulai di atas tanggal  15 Ramadan, meski kebanyakan pada 10 hari akhirnya.

Acara puncak 'khotem' pertama ada pada malam 17 Ramadan. Jadwalnya Darul Mustofa. Tasyakuran dan doa bersama khatam Alquran yang biasa dibaca Habib Umar dalam tarawihnya. Yang dua juz tiap malam itu. Acara dibarengkan Nuzulul Quran dan peringatan Ahlu Badar. Dipimpin Grand Mufti Tarim, Habib Ali Masyhur bin Hafidz.

Malam 19 Ramadan giliran masjid Baharmi. Termasuk masjid tertua di Tarim. Yang saat ini diasuh guruku, Syekh Ali Abdurrahman Baharmi. Acara ini dihadiri juga keluarga besar habaib marga Al-Haddad. Yang dari kakek-buyutnya selalu hadir khotem di masjid ini secara turun temurun.

Malam 21 Ramadan giliran masjid Assegaff. Salah satu masjid tua dan dihormati di Tarim. Ramai sekali acara khotem masjid ini. Dihadiri para punggawa ulama Tarim. Masyarakat, dan juga para santri dari berbagai lembaga. Jamaah membeludak hingga ke perkampungan warga.

Malam 23 Ramadan jadwal khataman masjid Al-Wa'el. Masjid tertua di Tarim, yang didirikan oleh seorang tabiin, Sayyidina Ahmad bin Sayyidina Abbad bin Bisyir ra. Juga masjid Al-Awwabin yang dihadiri para ulama besar. Serta masjid Baharun. Dan sekitar 10 masjid lainnya yang juga menggelar khotem di malam itu.

Malam 24 Ramadhan giliran masjid Al-Aydrus. Di jantung kota Tarim. Dekat masjid Assegaff hanya berjarak beberapa meter.

Malam 25 Ramadan jadwal banyak masjid. Yang kutahu ada 13 masjid yang mengadakan khotem di malam ini. Seperti masjid Ar-Raudhoh Aidid, dan masjid Sulton.

Malam 26 Ramadhan jadwal pembagian kopi Imam Al-Habib Abdullah Alwi Al-Haddad. Di masjid Ba'alawi.

Malam 27 Ramadhan giliran masjid Baalawi. Meriah sekali. Ramai dan jamaah membeludak hingga gang-gang pemukiman warga. Bahkan speaker masjid Baalawi pun disambungkan ke setidaknya tiga masjid di sekitarnya. Saking banyaknya para hadirin saat itu.

Malam 29 Ramadhan. Puncaknya segala puncak. Acara besar-besaran di masjid Al-Muhdhor. Masjid yang menaranya menjadi ikon kebanggaan Yaman. Di malam ini, masyarakat Tarim dan luar kotanya 'tumplek blek' di masjid ini, hingga jalanan, lapangan dan pemukiman warga. Sekaligus sebagai penutup khotem-khotem Ramadhan di puluhan bahkan ratusan masjid Tarim itu.

Di acara khataman itu saat salat tarawih membaca setengah juz Amma. Berurutan. Setiap rakaatnya satu atau dua surat. Tiap akhir surat, imam dan jamaahnya serentak membaca 'Allahu Akbar', hingga khatam Alquran dan disambung Alfatihah serta awal surat Albaqarah.

Usai tarawih, baca doa khotmil quran karya Imam Ali Zainal Abidin, cicit Rasulullah Saw. Doa lumayan panjang. Sekitar 10 halaman. Dibaca oleh para ulama secara bergantian. Lalu baca doa birrul walidain karya Syekh ibn Abil Hibb Al-Hadhramy. Juga panjang. Dibacakan anak-anak kecil, atau anak muda secara berurutan dan bergantian. Kemudian baca qasidah, dan masih lanjut lagi baca doa-doa lain hingga menjelang sahur.

Di beberapa masjid, acara khotem kadang ada sesi hiburan tertentu untuk meramaikan. Sejak sore hari. Dan itu bervariasi. Misal di masjid Baharmi tempat aku biasa tarawih dan khidmat membagi gahwah, ada lomba untuk anak-anak kecil. Juga arak-arakan yang dipimpin dua orang badut. Meriah sekali. Tampak gembira dan ceria di wajah anak-anak yang jumlahnya seambrek itu.

Atau misal khotem di Darul Mustofa. Sejak sore sudah ramai. Ada pawai keliling sekitar pesantren. Dipimpin langsung Habib Umar dan para ulama lainnya. Usai acara, pada jam 12-an dini hari, khotem di DM juga ditutup dengan pawai yang meriah pula.

Itulah tradisi khotem atau khataman Alquran di bulan Ramadhan yang sudah membudaya secara turun menurun di kota Tarim. Keberkahan, ketenangan, kesyahduan dan ketentraman hati dirasakan oleh semua yang hadir. Sungguh indah sekali.

Tradisi khotem ini juga bisa dijumpai di beberapa masjid di Indonesia. Tentu hasil adopsi dari budaya Ahli Tarim. Karena pendakwah Islam di bumi Nusantara, termasuk walisongo, adalah para ulama dan dai dari bumi Tarim, Hadhramaut Yaman.

Azro Rizmy,
Tarim, Selasa, 28 Mei 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai