R26: Takaran dan Timbangan di Mata Pedagang Tarim

Tarim, 26 Ramadhan 1440 H

Akhlak dan ajaran Islam sungguh telah mendarah daging di tubuh masyarakat Tarim. Dari segala lini elemennya. Tak terkecuali para pedagangnya. Mereka, meski berdagang, perhatian terhadap urusan agamanya amat menakjubkan. Menutup toko setiap jamaah salat 5 waktu di masjid. Berhati-hati pada kehalalan jual beli. Hingga sangat menjaga dalam perihal takaran dan timbangannya.

Di pasar Tarim, istilah-istilah 'kuno' yang ada dalam syariat Islam yang berhubungan dengan timbangan dan takaran, masih digunakan dan mudah dijumpai di lapak-lapak mereka. Seperti Mud dan Sho' (setara 4 mud). Misal, kalau beli buah Sidir. Yang dipakai untuk mengukur sedikit-banyaknya adalah takaran. Berbentuk seperti gelas yang terbuat dari kayu. Untuk ukuran satu mud, setengah mud, hingga satu sho'.

Soal menjaga dan berhati-hati dalam ketepatan takaran, pedagang Tarim tak perlu ditanyakan lagi. Sangat mengagumkan. Sangat mengharukan. Mereka betul-betul memegang firman Allah dalam surat Al-Muthaffifin.

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَ
Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)

الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْن
(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan

وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ
apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.

Bagi para pedagang Tarim, ayat ini adalah peringatan untuk mereka dalam hal takar dan timbangan. Di ayat itu, lafadz (istifa') pada kalimat (yastaufun) yang berarti 'minta dicukupkan', maksudnya ialah satu takaran mud atau sho', tidak dibiarkan setara dengan ujung 'gelas'nya. Melainkan ditambah lagi hingga 'menggunung'.

Dalam ayat tersebut, ada ancaman serius untuk orang-orang curang. Yang kalau menakar untuk dirinya sendiri ia minta dicukupkan. Dan kalau untuk orang lain dikurangi. Itulah mengapa, agar berjaga-jaga dalam kehalalan jual-beli, pedagang Tarim selalu mencukupkan (menggunungkan) takarannya untuk para pembeli mereka.

Itu takaran. Kali ini timbangan. Gram, ons, kilo, kwintal dan seterusnya. Ada satu pedagang buah dan sayuran. Masih satu distrik dengan asramaku. Tidak terlalu jauh. Teman-teman Al-Ahgaff Indonesia menyebut pedagangnya: Pak Tua. Orang sudah  berumur. Berjualan buah-buahan, sayuran dan bahan masak lainnya. Langganan santri atau mahasiswa ketika belanja kebutuhan dapur.

Pak Tua ini, selalu, dan pasti melebihkan timbangannya. Yang biasa antara sisi kanan dan kiri timbangannya lurus pas. Kalau pak Tua akan ia lebihkan sampai 'mentok' ke sisi barang dagangan. Jauh berat dibanding besi pengukurnya. Kami mengerti apa maksud pak Tua ini. Dia berhati-hati dan menjaga dalam urusan timbangan yang ia geluti sehari-hari.

Pak Tua hanya satu contoh. Dari ratusan bahkan ribuan pedagang Tarim lainnya. Yang sengaja memberatkan sisi barang dagangannya dibanding besi pengukurnya. Agar timbangan mereka dalam transaksi jual-beli itu betul-betul terjaga dan murni 100% kehalalannya.

Tidak usah jauh-jauh. Baru tadi malam. Aku belanja di Pasar Tarim. Ingin cari resep bubuk kopi khas yang biasa disuguhkan di acara-acara besar Tarim. Kopi Albun namanya. Jenis kopi tertua di dunia, dan itu pertama kali ditemukan di Yaman. Cara orang Tarim meraciknya: kopi Albun, dicampur Hel mashuq (kapulaga bubuk) dan zanjabil mashuq (jahe bubuk) ditambahkan gula. Kadang pula ditambah susu. Menjadi kopi Albun susu.

Aku membeli kopi Albun hijau satu kilo. Sudah berupa kemasan berbungkus. Mulanya aku ingin beli dua bungkus. Setengah kilo-an. Total satu kilo. Tapi tidak ada. Hanya satu kilo-an itu pun tinggal satu bungkus. Pedagang itu lalu menyanggupinya untuk dibagi menjadi dua. Setengah kiloan.

Pedagang itu masih muda. Sekitar umur belasan tahun. Ia pun membuka bungkus Albun tersebut, untuk ditimbangnya di alat timbangan digital. Sebelumnya ia perhatikan, satu kemasan itu tercatat beratnya 1.010 gram. Maka, jika dibagi dua menjadi 505 gram. Atau setengah kilo lebih 5 gram.

Ia pun menimbangnya. Sangat teliti sekali. Timbangan ada di angka 504 gram, ia tambahi beberapa bubuk. Jadi 506 gram. Ia kurangi lagi. Jadi 503 gram. Ia tambahkan. Lalu kurangi lagi. Sulit sekali sampai tepat 505 gram.

"Kholas, kholli, labas labas" (sudah, biarkan, ndak papa, ndak papa), kataku melihat begitu telitinya. Yang bagiku sangat sepeleh itu.

"Ndak, ndak, pokoknya harus tepat", jawabnya sambil fokus timbangan digital itu. Dan akhirnya berat itu tepat juga di angka 505. Ia pun membungkusnya.

Lalu menaruh sisanya ke atas timbangan lagi. Muncul di angka 498 gram. Atau setengah kilo kurang 2 gram. Iya. Kurang dua gram! Ia mengernyitkan dahi. Kok bisa kurang?

Aku pun bilang lagi, "khollas, kholli kholli, labas, masyi musykilah" (sudah, biarkan biarkan, ndak papa, ndak masalah).

Ia mengiyakan. Dan membungkusnya. Siap saji menjadi dua kemasan setengah kiloan. Lalu menyerahkannya dengan satu kantong kresek padaku. Aku menerimanya.

Tapi ia agak terkejut. Melihat di sendok yang ia gunakan untuk menimbang kopi itu ada sisa beberapa bubuk. Iya. Di sendok itu ada sisa bubuk kopi Albun. Sedikit sekali!

Astaga. Ia meminta kantong kresek itu dari tanganku. Aku awalnya mengelak. Tidak perlu, kataku. Tapi ia memaksa. Dan aku serahkan saja kresek itu.

Ia pun menebaskan sendoknya hingga bersih. Kemudian dimasukkannya ke kemasan yang 498 gram itu. Agar pas 500-an.

"Pembagian timbangannya harus tepat. Ini urusan penting. Tidak boleh disepelehkan", kata remaja itu padaku. Sambil tersenyum lebar.

Itu lah satu dari ribuan hal menakjubkan yang bisa dijumpai di Tarim ini. Sungguh tidak berlebihan jika dijuluki Kota Seribu Wali. Sebab, orang-orang saleh, hebat, dan istimewa agamanya, bisa dengan mudah dijumpai. Seorang kekasih Allah pun banyak terlahir dari lingkungan pasar Tarim. Bagaimana dengan masjidnya dan pesantrennya?

Azro Rizmy,
Tarim, Jumat, 31 Mei 2019

Komentar

  1. Masyaallah, emang bener tadz ... Dimana² pedagang hadromaut memang seperti itu ,lebih² tarim ,bahkan sering juga nemu di syihr yg seperti itu. .. allah allah ...

    BalasHapus
  2. 😍 یاتریم و اهلها

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sanad Tertinggi di Muka Bumi

Pelafalan Huruf Shod yang Dulu Kukenal Ternyata Keliru

Karena Tentukan Dukungan, Katak Dipuji, Cicak Dimurkai